Jumat, 09 April 2021

TAK CUKUP WAKTU

Kamis, 8 April 2021


"Pak Adam ya", sedikit terkejut saat aku mengdengar suara seorang perempuan dari belakangku. Segera saja aku membalikan badan dan ya memang ia seorang ibu guru yang memiliki tubuh gemuk.

"Benar bu, saya Adam!" aku menjawab sapanya itu. "Bapak masih kenal saya?" lanjutnya bertanya. Sejenak aku terdiam sedikit berpikir untuk mengingat kembali siapa sih sosok yang ada dihadapanku ini. "Masa bapak lupa, saya bu Yenti yang dulu sering daftarkan anak TK ke sekolah Anggrek!" (kini SDN Setiamekar 02).

"Ooo... iya benar, saya ingat sekarang!" jelas aku mengenal beliau sosok ibu guru TK yang ramah dan selalu rajin membantu mengantar orang tua bagaimana mendaftarkan anak-anaknya masuk sekolah dasar. Namun jujur saja aku sedikit kaget sebab perawakan beliau sudah berbeda, badannya sudah semakin gemuk.

Obrolan kami berlanjut pada cerita tentang mengapa kami berdua bisa bertemu di sebuah sekolah yang besar (maksudnya jumlah murid yang mencapai dua ribu dan guru 62 orang) SDN Sumberjaya 05.

Kisah itu terjadi di tahun 2015 saat aku baru mutasi dari sekolah lama. Namun kini beliau telah dipindah tugaskan, tepatnya sejak bulan Januari 2021. Karena alasan usia dan beban tubuh yang sulit melakukan perjalanan jauh untuk mengajar, bahkan sudah beberapa kali beliau jatuh dari motor dan beliau harus merawat suami yang sudah sakit-sakitan itulah memilih untuk mutasi ke sekolah terdekat tepatnya di SDN Mekarsari 03 Tambun Selatan.


Lain lagi dengan Ibu Leni Wasara. Beliau sosok guru yang juga memiliki dedikasi tinggi juga berintegritas. Usianya masih tergolong muda dan beliau merupakan kelahiran Aceh. Menikah dengan seorang laki-laki asli Betawi (Bekasi Kota) yang aku kenal namanya Hidayat.

Aku dan Ibu Leni sebenarnya satu angkatan pada pengangkatan CPNS hingga menjadi PNS. Di sekolah itu kami berempat selalu melakukan komunikasi terkait hal-hal yang berhubungan dengan kedinasan, sebab kami merasakan senasib sepenanggungan. 

Setiap hari beliau mengajar diantar suami yang memang bekerja dibidang tanah dan properti. Jarak yang ditempuh memang sangat jauh karena memang berbeda kota. Hal ini yang menyebabkan beliau memutuskan untuk mutasi ke sekolah terdekat dengan tempat tinggalnya.

Dua sosok guru ini memang sudah sangat melekat dan bahkan laksana keluarga sendiri. Melepaskannya untuk bertugas di tempat lain sungguh sangat berat bagi kami. Sebab dengan alasan yang sama kami sudah kehilangan guru-guru hebat, seperti Ibu Siti Masitoh yang pindah ke Cirebon dan Ibu Maria Ulfah yang bertugas di Purwakarta. Mereka bernar-benar guru yang telah teruji dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik.

Dari semua itu bagi kami terasa kurang untuk saling berdiskusi dan bertukar pikiran. Ya, memang rasanya sangat berat namun kami sangat yakin semua telah ditakdirkan sebagaimana yang telah digariskan Sang Pemilik Alam.


Waktu memang tidak cukup untuk saling berbagi, namun waktu pula yang telah mencukupkan segala harapan.  Hingga pada akhirnya kami berharap akan hadirnya waktu untuk kembali bertemu.

Selamat jalan sahabat dan selamat bertugas di tempat yang baru. Semangat kalian adalah cahaya bagi murid-muridmu kelak.


Oleh : Surmanto Adam

9 komentar:

  1. 👍Dimana ada pertemuan,disitu ada perpisahan,hanya kedinasan saja yang memisahkan.Tapi silaturahmi tetap terjaga.

    BalasHapus
  2. Jauh dimata, namun dekat di hati dan doa

    BalasHapus
  3. Sahabat sejati selalu ada di dakam hati jauh di mata dekat di hati

    BalasHapus
  4. Kahlil Gibran pernah berkata"Persahabatan bukanlah sebuah kesempatan, melainkan suatu tanggung jawab yang manis"
    Perpisahan dengan sahabat mungkin saja terjadi, namun tanggung jawab untuk tetap memelihara ukhuwah, memelihara hati dikala berjauhan, akan melahirkan kenikmatan tersendiri dikala bertemu kembali.

    BalasHapus

RELEVANSI In House Training (IHT) KURIKULUM MERDEKA TERHADAP PENGEMBANGAN KETERAMPILAN GURU

Oleh S. Adam Abu Tsaqif Bekasi, 3 Agustus 2023           Cikal bakal Kurikulum Merdeka diawali dengan adanya Kurikulum Darurat sebagai upa...