Sabtu, 31 Oktober 2020

Cikgu Tere Bukan Guru Biasa


Resume_12
Oleh Surmanto Adam

Mengenal Cikgu Tere

Beberapa hari ini, saya mengamati gaya menulis Bapak dan Ibu. Banyak diantaranya yang sudah sangat baik dalam menulis. Alurnya jelas dan kalimat-kalimatnya rapi sehingga paragraf pun menjadi padu dan akhirnya resume pun menjadi enak untuk dibaca karena isinya mengalir. Begitulah setidaknya ungkapan motivasi yang saya dapat dari seorang Cikgu Tere. Seorang yang memiliki pengalaman yang sangat luas  di bidang literasi khususnya pada dunia menulis.

Malam ini Jumat, 30 Oktober 2020 kelas menulis online menghadirkan sosok bersahaja dengan sarat pengalaman dan prestasi dibidangnya. Om Jay memperkenalkan kami dengan Ibu Theresia Sri Rahayu S.Pd.SD. yang akrab disapa Cikgu Tere dipandu Ibu Aam Nurhasanah. Bu Aam sendiri sebenarnya dalam perjalanan menuju Jasinga. Ditengah dinginnya malam beliau tetap setia memandu kelas belajar menulis online melalui WhatsApp grup. Saya berkeyakinan mereka semua sangat konsen membimbing para penulis pemula. Sungguh hal ini menjadi satu kabahagiaan bagi kami semua.

Theresia Sri Rahayu, S.Pd.SD. bukanlah sosok baru di dunia literasi. Beliau lebih kondang disebut Cikgu Tere seperti apa yang terlihat pada blog beliau https://www.cikgutere.com. Bahkan jika kita membuka blog beliau ada satu kalimat motivasi yang sarat makna yaitu "Lebih baik bergerak dalam kegelapan demi mendapatkan seberkas cahaya daripada diam dalam terang". Sepintas kita akan memahami bahwa beliau seorang yang senang mencari sesuatu yang baru dan memberikannya pada setiap orang yang memerlukan.

"Bukan Guru Biasa" merupakan tema yang sengaja beliau angkat pada pertemuan malam ini. Bukan tanpa alasan beliau mengangkat tema ini ketika diminta menjadi narasumber oleh pengasuh kelas belajar menulis gelombang 16. Bagi beliau peserta belajar menulis gelombang 16 merupakan guru-guru hebat dan luar biasa. Bahkan layak menyandang predikat, "Bukan Guru Biasa".

Sejak pertengahan Maret 2020 hingga kini kita masih dalam masa pandemi. Sebagai guru tentu kita dipaksa untuk beradaptasi dengan segala bentuk perubahan. Dalam segala perubahan pasti akan mengalami situasi yang kurang nyaman. Akibat dari ketidakbiasaan tersebut.

Tidak sedikit guru memilih untuk menyerah pada keadaan, dibandingkan dengan situasi yang baru atau bahkan keluar dari situasi yang dianggapnya tidak nyaman. Jika demikian maka wajar situasi pandemi saat ini dirasakan sebagai sebuah masalah bahkan musibah.

Namun tentu kita tidak dapat pungkiri bahwa tidak sedikit pula, guru menemukan berkah dibalik musibah. Kita dapat ambil contoh, sebelum masa pandemi guru cenderung kurang mengerti pembelajaran daring berbasis teknologi, kini mereka mahir melaksanakan pembelajaran secara online. Bahkan mereka mampu menularkan pengalaman pembelajaran daring tersebut kepada teman guru yang lain. Kini tidak sedikit diantara mereka mampu menulis buku dan meraih keberkahan dari karyanya tersebut.

Semua Berproses

Pada dasarnya setiap orang memiliki kendala yang sama saat memasuki dunia menulis. Hal ini pun pernah dialami Cikgu Tere, hingga pada akhirnya beliau bergabung pada grup belajar menulis gelombang 4, satu grup dengan Pak Brian.

Banyak pengetahuan yang didapati ketika mengikuti grup belajar menulis gelombang 4, tentu terkait dengan dunia menulis yang saat ini digelutinya. Mulai dari menulis resume sebagai rangkuman materi belajar, sampai menulis artikel untuk lomba, bahkan menulis bacaan untuk dimanfaatkan dalam pembelajaran. Dan menulis buku untuk  berbagai kepentingan.

Banyak proses yang harus dilalui untuk dapat menulis artikel dan bahkan buku. Jam terbang, konsistensi, dan kesabaran sangat diperlukan. Beliau memaparkan senangnya jika menerima tantangan seperti menulis resume tercepat yang diberikan Bunda Lilis Sutikno dan menulis buku dalam waktu seminggu bersama Prof. Richardus Eko Indrajit dan Penerbit Andi.

Jam terbang bagi penulis adalah hal yang sangat penting. Terutama untuk mencegah terjadinya writterblocks. Bagi para penulis pemula hal ini sering terjadi. Apa lagi bagi yang menulis mengandalkan mood atau suasana hati. Menulis harus dilakukan di mana saja, kapan saja dan bagaimana saja caranya. Ini dilakukan agar jam terbang selalu meningkat.

Dalam menulis buku yang beliau rangkum berbagi pengalaman dengan kata IDOLA yaitu :
I  =  Indentifikasi topik menarik
D = Daftar semua judul luarbiasa
O = Outline terperinci akan membantu
L = Lanjut menulis isi bab
A = Atur layout sesuai permintaan penerbit

Cikgu Tere pun mengungkapkan bahwa keluarga, sahabat heran dengan kesibukan beliau, Tidak jarang beliau menghabiskan waktu berjam-jam untuk menulis. Bahkan sampai lembur, namun semua itu sudah menjadi hal yang biasa.

Ketertarikan Dalam Dunia Menulis

Empat alasan mengapa beliau tertarik dalam kegiatan belajar menulis yaitu :
1) Merupakan hobi yang digelutinya sejak masih duduk di bangku sekolah dasar kelas tiga bahkan sudah menulis cerita dibuku sederhana yang dikliping meski tidak diterbitkan.
2) Mengupgrade skill menulis. Dengan bergabung bersama penulis lain membuat beliau terus termotivasi untuk belajar jurus-jurus baru dalam menulis.
3) Sebagai sarana mengekspresikan diri dalam menulis dan menuangkan ide atau pemikiran yang sangat produktif, Dengan demikian kita bebas menjadi siapa saja dan menggali imajinasi seluas-luasnya.
4) Sebagai jembatan meraih prestasi. Dalam hal ini beliau telah meraih prestasi seperti : blogger inspiratif, penulis cerita mini terbaik, penulis beberapa judul buku (Indie dan Mayor), Tim reviewer dan uji Keterbacaan Modul Literasi dan Numerasi, Tim pengembang konten artikel di Komunitas Belajar Guru Penggerak Kemdikbud. Ini semua merupakan capaian yang terbesar selama hidupnya, terlebih setelah beliau menjadi seorang guru. Terutama di masa pandemi saat ini.

Menulis di blog membuat Cikgu Tere semakin terasah keterampilannya. Hingga pada akhirnya tanggal 1 Oktober 2020 beliau mendapat apresiasi dari Direktorat Jendral Pendidikan Sekolah Dasar Kemdikbud sebagai Kreator Konten Artikel Terbaik dalam Lomba Pancasila Bakti 2020. Hadiah yang didapat pun tidak tanggung-tanggung 10 juta rupiah dalam bentuk media pembelajaran. Sungguh hal yang tidak terbayangkan hanya dengan menulis 3 - 4 halaman dihargai sebesar itu.

Membangun Branding

"Kita harus menulis setiap hari karena akan mendatangkan keajaiban" pesan Om Jay inilah yang selalu menjadi pemicu semangat Cikgu Tere. Bukan omong kosong sebab beliau telah merasakannya sendiri sejauh kita mampu konsisten dalam melakukannya. Beberapa kali beliau lolos seleksi lomba tingkat nasional slah satunya adanya jejak digital melalui tulisan saya melalui media sosial dan blog.

Sudah menjadi hal yang umum setiap penulis besar pasti mengalami proses sebagai penulis kecil. Yang terpenting mampu menjaga konsistensi dalam menulis baik di bog maupun di media sosial. Tidak kalah penting, bersikaplah terbuka dan positif menerima kritik dari para pembaca. Maka untuk memantaskan diri untuk menjadi bagian "Bukan Guru Biasa" hendaknya selalu melaksanakan 3B yaitu: Belajar, Berkarya dan Berbagi. Carilah ilmu sebanyak mungkin, tuangkan lewat karya nyata dan berbagilah karya tersebut agar mampu mengispirasi orang lain.

Sama halnya dengan penulis lain, Cikgu Tere pun pernah merasakan kendala dalam menulis. Merasakan tidak dapat menyelesaikan karyanya saat hendak mengikuti lomba menulis karena lewat dari waktu yang ditentukan. Beberapa naskah belum bisa terbit. hal yang harus dilakukan yaitu membuat skala prioritas dan menginventarisir serta lebih diperkaya lagi. 

Menulis di blog sebenarnya lebih menunjukan identitas diri. Menulis artikel pada blog merupakan bentuk idealis bagi seorang Cikgu Tere sebab personal branding beliau Bukan Guru Biasa. Terkait membangun branding beliau membuat personal blog, tips menulis di blog (termasuk cara menarik ratusan bahkan ribuan viewer) dari satu artikel. Dan pemanfaatan blog sebagai media pembelajaran.

Sebagai penutup resume kali ini, jadilah "Bukan Guru Biasa", dengan mengembangkan segala kemampuan yang dimiliki. Selalu konsisten dalam menulis jika menginginkan adanya keajaiban dari apa yang kita tulis. Setiap penulis besar tentu melalui proses panjang yang dilalui sebagai penulis pemula. Buatlah skala prioritas ketika kita hendak menulis dan berpikir positif  terhadap kritik karena itu akan menjadikan kita besar. Tak ada gading yang tak retak, ungkapan ini layak kita tanamkan pada diri kita agar selalu ingat bahwa kita adalah pembelajar.   

 



 

 


Kamis, 29 Oktober 2020

SRIKANDI BERJIWA BERDIKARI

Resume_11
Oleh Surmanto Adam

Sebagai guru sebenarnya memiliki peluang besar untuk menjadi pengusaha, sebab bangsa pasar yang dihadapi sangatlah banyak. Mulai dari murid, orang tua murid, teman sejawat atau seprofesi, dan banyak lagi yang lainnya. Semua bangsa pasar itu dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin.

Kalau diperhatikan bu Betti Risnalenni juga bukan pedagang-pedagang amat, hanya saja semua dilakukan karena adanya kesempatan. Terkadang kalau sedang senggang beliau selalu berpikir apa yang dapat dijual, apa yang dibeli orang dan apa yang diperlukan orang. Terkadang kalau saat kurang beruntung beliau merasa senang saja dan ini sebenarnya dalam teori berdagang tidak dibenarkan. Demikian Ibu Betti Risnalenni memberikan gambaran awal saat berbagi pengalaman pada peserta belajar menulis online asuhan Om Jay. 

Perbincangan hangat mengalir begitu saja. Bu Betti, berbicara tentang pengalaman menjadi seorang guru sekali gus seorang wirausaha yang merintis dari sekedar mengisi waktu saat tidak mengajar. Dengan bahasa yang terkesan  santai  beliau menuturkan pengalamannya menjadi seorang wirausaha yang sebetulan ilmu-ilmu kewirausahaan baru ia dapatkan belum lama namun pada praktiknya sudah beliau jalannkan. 

Berawal dari menjalankan kursus aritmatika tahun 1996 kemudian menulis tentang aritmatika dan memasarkannya sendiri melalui berbagai pelatihan hingga memiliki 24 cabang di  Bekasi pada tahun 1998, dan itu belum termasuk yang berada diluar daerah Bekasi. Tahun 2003 beliau merintis sekolah Taman Kanak-kanak (TK) dan Taman Pendidikan Alquran (TPQ) dan tahun 2004 mendirikan Sekolah Dasar yang terpenting bagi beliau profit bukan tujuan utama.

Seiring berjalannya waktu dan usia mulai bertambah beliau mulai membuka kedai di samping rumah. Dimasa pandemi seperti ini usaha beliau memang mengalami kemacetan artinya omset yang didapat tidaklah sebesar sebelum pandemi covid-19. Dengan adanya perhatian dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah terhadap UMKM melalui penyelenggaraan pelatihan secara gratis tentu menjadi angin segar. Buah dari kegigihan beliau untuk melakukan terobosan melalui berbagai pelatihan produk olahan beliau mendapat ijin PIRT dan bersertifikat halal. Sungguh ini menurut saya capaian yang luar biasa.

Pertanyaan yang mendasar datang dari pengasuh kelas (Om Jay) tentang apa yang membuat ketertarikan bu Betti untuk membuka usaha sendiri yaitu usaha sendiri dapat disesuaikan dengan ide dan keinginan sendiri. Ide dan keinginan sendiri akan berhasil jika dilakukan dengan kerja keras kita sendiri. Lingkungan kerja yang diciptakan beliau sangat menyenangkan tak ada kesan formil dalam menjalankan usaha bahkan seakan mereka semua bagian dari keluarga. Perselisihan dan perbedaan pendapat terselesaikan tanpa ada yang tersakiti.


Setiap usaha baru tentu mengalami berbagai ujian tidak jarang mengalami kerugian namun itu bukan suatu yang perlu dihindari, bahkan semua itu menjadi pembelajaran bagi diri beliau. Hal yang pernah beliau alami yaitu tahun 2003 saat memulai mendirikan sekolah melalui kerjasama dengan salah satu cabang aritmatika yang hanya berumur tiga bulan.

Kini dengan adanya sekolah tentu kenalan dan relasi beliau pun bertambah, hal ini memiliki peluang bagi beliau untuk mengembangkan usaha. Kini yang terpenting adalah bagaimana kita mampu memenejemen waktu sebaik mungkin antara menjadi bagian keluarga, mengajar dan berwirausaha. Menjadi guru juga harus kaya, sebab jika guru sudah kaya maka dalam mengajar akan selalu totalitas dan fokus.

Bu Betti Risnalenni merupakan sosok yang sederhana jauh dari kesan sombong meski dirinya memiliki kelebihan talenta bahkan telah melahirkan  orang-orang hebat dari buah kegigihannya saat mengajar. Untuk menunjang aktifitas beliau dan tetap exsis dalam dunia literasi beliau mendirikan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Insan Kamil dan Kartini Kreatif bahkan beliau salah satu pengurus GLN Gareulis Jabar.

Closing resume kali ini kita belajar banyak dari sosok srikandi sederhana namun memiliki jiwa berdikari  sejati yakni Ibu Betti Risnalenni. Jangan pernah puas dengan apa yang sudah kita capai, teruslah menggali dan mengembangkan kompetensi yang masih terpendam. Sejatinya guru adalah jiwa dan pikirannya selalu bergerak. Berpikir produktif untuk menjadi lebih baik tanpa mengurangi sedikitpun tanggung jawab yang telah disematkan.

Semoga resume ini bermanfaat bagi kita semua, tetap semangat dalam menjalani hidup. Sebab takdir bukan untuk berpasrah namun perlu perubahan, sebagaimana Allah menyampaikan bahwa IA tidak akan merubah nasib suatu kaum jika kaum tersebut tidak mau merubahnya.





 

Rabu, 28 Oktober 2020

Jangan Takut Buku Anda Pasti Terbit!

 

Resume_10
Oleh Surmanto Adam

Membuka pesan singkat WhatsApp Grup Belajar Menulis Gelombang 16 sudah lebih dari tigaratusan. Dalam dua hari saya memang belum bisa mambuka pesan grup. Aktifitas yang menguras tenaga dan pikiran rasanya sulit untuk ditinggalkan. Selain harus mempersiapkan usulan kenaikan pangkat ada hal penting yang harus diselesaikan segera.

Membaca satu demi satu pesan baik chat berupa teks maupun link yang dikirimkan moderator dan narasumber harus dilakukan dengan teliti. Bu Aam Nurhasanah mulai membuka salam tanda kelas telah masuk kuliah online. Om Jay malam ini berhalangan hadir karena Bu Aam Nurhasanah menggatikannya untuk membuka kelas. 

Malam ini peserta menulis mendapat pencerahan dari Pak Brian Prasetyawan. Nama lengkap beliau Raimondus Brian Prasetyawan, S.Pd. merupakan kelahiran Jakarta, 30 Juni 1992. Saat ini tingal di Bekasi berprofesi sebagai guru SD di Jakarta. Awal aktifitas menulis ketika blog pertamanya  (www.praszetyawan.com) dibuat tahun 2009. Profesinya pernah dimuat dalam buku berjudul"Majors For The Future". Seperti biasa agar kegiatan belajar lebih fokus pengaturan chat grup sementara dikunci, kali ini Mr. Bams meminta ijin untuk itu. 

Buku Karya Pertama
Kali ini narasumber berbagi tentang hal-hal yang perlu diperhatikan saat menyiapkan kumpulan resume untuk menjadi naskah buku. Banyak diantara para peserta bertanya tentang bagaimana kelanjutan proses penerbitan buku  jika telah menyelesaikan duapuluh resume. Pertanyaan itu mungkin tentang penerbit, bagaimana penerbitannya, dan tentang penyusunannya resume dalam bentuk format buku.


Awal ngeblog tahun 2009, keinginan menerbitkan buku sudah ada sejak namun baru terealisasi di tahun 2013 artinya sekitar 4 tahun beliau memiliki harapan itu. Tahun2014 berkeinginan menerbitkan buku, ketiadaan mentor yang mampu membimbing mengharuskan beliau masuk dalam sebuah komunitas. Saat itu baru mengenal nulisbuku.com yang menerbitkan buku secara mandiri dan gratis, namun tidak termasuk desain cover dan ISBN. Saat masih kuliah biaya dua hal tersebut sekitar satu juta, biaya yang mahal untuk seorang mahasiswa. Hal ini menyebabkan pasang surutnya semangat untuk berkembang, sedang file naskah tersimpan saja dalam komputer jinjing beliau.

Oktober 2020 semangat menyelesaikan naskah pun muncul hingga mempertemukannya pada penerbit Indie. Dalam waktu tiga bulan merupakan masa menunggu terbitnya buku, dan akhirnya Januari 2020 buku pertama beliau terbit.


Buku karya kedua
Perjalanan panjang beliau selalu berproses hingga masuk kelas menulis gelombang 4. bagaikan gayung bersambut kesenangannya pun tersalurkan bersama guru-guru hebat yang selalu haus akan ilmu khususnya dunia literasi. Rasa semangat yang berlipat menghantarkan beliau menerbitkan buku solo di bulan Mei dan Juni 2020.

Kelas menulis ini tidak menentukan penerbit mana yang akan menerbitkan buku pesrta menulis. Tiap peserta berhak mencari dan menentukan sendiri penerbitnya. Kita masih ingat nasehat para pendahulu grup menulis "Biarkan naskah buku bapak dan ibu menemukan jodohnya" artinya kita tidak tahu penerbit apa yang akan menerbitkan naskah-naskah itu menjadi buku. Sudah banyak narasumber menyampaikan bagaimana mereka berkembang dan mampu berkolaborasi dengan para penerbit. Hal yang harus diingat adalah kita memahami ketentuan yang dibuat oleh para penerbit.

Buku karya ke tiga
Sedikit berbagi tentang bagaimana penerbitan buku pada penerbit Indie. Beliau pertama kali menggabungkan 20 tulisan resumedalam satu file microshof word dengan setingan yang telah ditentukan penerbit. Yang berlaku pada penerbit Indie yaitu ukuran kertas A5 (14 cm x 20 cm), huruf Time New Roman (TNR) ukuran 12 dengan spasi 1,5, margin 2 cm semua dan paragraf rata kiri dan kanan (justify). Masukkan kelengkapan naskah dalam file naskah kumpulan resume seperti cover (judul buku dan nama penulis), kata pengantar, daftar isi (tanpa nomor halaman), profil penulis, sinopsis (3 paragraf. Masing-masing paragraf 3 kalimat).

Untuk urutan yaitu: 
Cover
Kata pengantar
Daftar isi
Isi naskah
Profil Penulis
Sinopsis

Jadi semua dalam satu file. Tidak dipisah-pisah menjadi beberapa file. Hal yang membuat penulis terbantu adalah beliau mau memfasilitasi menjadi penghubung dengan penerbit Indie. Yang agaknya para penulis pemula berbesar harapan yaitu penerbit Indie tidak memberikan batasan halaman. Untuk rekanan beliau biaya relatif murah yaitu 300.000 rupiah sudah mendapat fasilitas penerbitan seperti desain cover, ISBN, layout, edit ringan, dua buku bukti terbit dan E-Sertifikat. 

Menutup resume kali ini yaitu menerbitkan buku semakin mudah. Tulisan apapun dapat diterbitkan, terlebih peserta sudah tergabung dalam komunitas Belajar menulis bimbingan Om Jay artinya jalan untuk menerbitkan buku semakin jelas. Maka tuntaskan sampai buku terbit dan jangan berhenti pada satu buku, lanjutkan pada buku-buku berikutnya.

Semoga bermanfaat bagi kita semua.

TEH TUBRUK HANGAT BUATAN ISTRI






Oleh Surmanto Adam
Rabu, 28 Oktober 2020

Dua Hari yang Melelahkan

Sudah dua hari ini aktifitas begitu padat, persiapan pengurusan kenaikan pangkat dalam waktu dua hari. Banyak berkas yang belum terkumpul, bahkan sebagian sampai lupa menyimpan pada file mana. Untung di era 4.0 ini dokumen dapat tersimpan pada google drive. Paling tidak ketika dokumen yang dibutuhkan lupa letak penyimpanannya maka drive sebagai solusi untuk mengambil dokumen yang dibutuhkan.

Dengan waktu yang cukup singkat membuat gelagapan juga. Ini memang kesalahan yang tidak boleh terulang seharusnya dua tahun lalu sudah diurus kenaikan pangkatnya. Bahkan untuk usul naik pangkat saja kalau tidak diingatkan teman sejawat mungkin tidak mengajukanlagi. 

Jarak Tambun Selatan sampai Komplek Pemerintahan Kabupaten Bekasi lumayan jauh sekitar 26,6 kilometer jika melalui Jl. Inspeksi Kalimalang dan 25,5 kilometer jika ditempuh melalui jalur tol Jakarta-Cikampek. Bersyukur untuk mengantarkan berkas ada empat orang teman yang secara kebetulan sama-sama mengajukannya Ibu Ai Wiati, Ibu Prasetyaningsih, Ibu Herni dan Ibu Nunung. Paling tidak bisa ikut tumpangan dan tidak harus panas-panasan atau hujan-hujanan sampai ke sana. Bersyukur ayahnya Dika (suami ibu Ai Wiati) bersedia mengantar saja, sebab beliau belum sempat istirahat sepulang kerja pagi ini.

Sampainya lokasi waktu sudah menunjukan Jam pulang PNS, nampak sebagian pegawai sudah mininggalkan ruang kerja masing-masing. Langkah kaki pun dipercepat, satu demi satu anak tangga menuju lantai dua dilalui. Ibu Ai Wiati salah seorang sahabat saya usia kandungannya sudah memasuki bulan ke enam, namun semangatnya sangat kuat dan itu aku mengenalnya sejak mutasi ke sekolah rintisan kurikulum 2013 enam tahun yang lalu.

Disebuah ruang kerja tampak Pak Haris sudah menunggu, "Wah, kita menunggu ibu dan bapak saja nih!" guyonnya. "Iya pak, mohon maaf kami menungu legalisir dari pimpinan yang kebetulan rapat bersama pengawas!" Proses pengajuan tidak terlalu lama,  semua berjalan lancar dan kami kembali pulang.

Di depan gerbang pintu masuk telah terparkir sebuah minibus Trus. Rupanya Pak Ridwan dengan gayanya yang sederhana sudah menunggu kami pulang. Beliau suami dari Ibu Prasetyaningsih, saat ini bertugas sebagai kepala sekolah  dasar di daerah Bekasi Timur tepatnya di daerah Aren Jaya. Beliau sengaja menunggu sejak sebelum kami berangkat, karena memang berangkat dari tempatnya bertugas dan tanpa konfirmasi pada Bunda Pras beliau sudah berangkat lebih awal.

Perjalanan pulang memang melelahkan, selain langit yang masih gelap karena hujan deras dan keluar tol Cibitung kendaraan mulai padat merayap. Sekedar membunuh rasa jenuh kami  berbincang hal-hal ringan sampai akhirnya tiba di rumah tempat kami menitipkan motor. Tanpa berlama-lama kami kembali ke rumah masing-masing.

Secangkir Teh Tubruk Hangat

Ku parkir si Black (motor supra tua) di teras depan, badan terasa letih dan pakaian sedikit basah. Sejak perjalanan pulang tadi dari rumah teman memang masih dalam keadaan sedikit hujan. "Assalamu'alaikum" ucakku sambil membuka jaket dan sepatu agak basah. "Wa'alaikumussalam" istri cantikku dari balik pintu. Kulihat ia memangku Tsaqif si bungsu yang sejak tadi katanya tidak mau tidur. "Tsaqiiiif!" panggilku memanjakan, "Kenapa ga tidur Nak?" sambil memegang jari mungilnya. "Ga tau nih Bi, mau nunggu abi katanya!" celoteh istriku menimpali.
"Sebentar ya Nak, abi mandi dulu lalu sholat maghrib!" sambil bergegas ke kamar mandi.

Selepas maghrib ku hampiri Tsaqif, nampaknya memang ada perasaan rindu pada abinya. Wajar saja sebab seharian tidak diajak main, dan biasanya Tsaqif ku gendong dan keliling komlpek. "Tehnya diminum dulu bi!" ujar istriku. "Oh iya lupa, terima kasih Cinta!" sahutku. 

"Mmmm, nikmatnya teh tubruk buatan istriku ini" seketika rasa lelah sedikit hilang. Kehadiran si Bungsu Tsaqif yang lucu, senyuman seorang istri dan hangatnya teh tubruk mampu melepaskan simpul-simpul kelelahan seharian ini. Bermain bersama Tsaqif sambil berbincang ringan dengan istri tidak terasa sampai masuk waktu isya. Bersegera saja aku tinggalkan mereka menuju masjid. 

Waktu sudah pukul 09.00 WIB. Rasa kantuk sudah mulai mengusik, rasanya tak sanggup lama aku duduk dihadapan televisi sekedar menyaksikan berita hangat hari ini. Kantuk pun semakin tak tertahan lagi, segera aku beranjak pergi menutup hari. Semoga Allah membangunkan aku kembali dengan semangat pagi.

Mohon maaf jika ada hal yang kurang berkenan, sengaja saya tuliskan di blog ini untuk mengingat perjalanan sejarah pribadi kelak.



 



SEMINAR NASIONAL GURU BLOGGER PGRI

 

Bapak Wijaya Kusuma (Om Jay)

Resume Singkat Sesi I

Oleh Surmanto Adam
Rabu, 28 Oktober 2020

Diawali dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya kegiatan SEMINAR NASIONAL GURU BLOGGER PGRI dibuka. Dilanjutkan oleh Om Jay (Wijaya Kusuma) selaku ketua Pelaksana kegiatan mengucapkan terima kasih untuk kawan-kawan blogger yang telah berpartisipasi untuk mengikuti Seminar Nasional Blogger PGRI. Seminar bekerja sama dengan penerbit ANDI dan disiarkan langsung oleh TVAndi.

Sebagai perwakilan peserta seminar Mr. Bams memberikan motivasi singkat  “Silakan ngeblog terus jangang berhenti tetap ngeblog!”

Penyampaian cv narasumber Pak Dedi Dwitagama dengan segudang keberhasilan yang dicapainya, Ibu Sri Sugiastuti Om Jay

Sesi 1 Bapak Dedi Dwitagama

Dedi Dwitagama , Narasumber 1 

Membuat PJJ yang Menyenangkan

Materi diharapkan mampu menginspirasi guru di situasi pageblug agar menjadi guru kreatif dan inopativ. Di era darurat seperti saat ini mas mentri pun mengatakan tak ada metode pembelajaran yang dianggap baku atau paling tepat. Semua metode pembelajaran dapat dilakukan sejauh guru mampu melakukannya.

Saat kuliah tidak ada konsep agar mahasiswa menjadi guru PJJ, jadi jika saat ini terseok-seok maka jangan bersedih, maka yang harus diperhatikan adalah memahami karakteristik anak didik kita dengan berbagai masalah yang dialami, seperti keberadaan perangkat, jaringan dan paket data. Jika kita memahami situasi anak didik maka anda harus keluar dari zona keterbatasan dengan mampu menyajikan pembelajaran yang mampu diterima oleh anak didik kita.

Ketika anak telah menyelesaikan tugas baiknya beri apresiasi atau melalukan komunikasi kepada anak didik kita mulai dari yang memiliki nilai rendah sampai nilai terbaik. Jangan terlalu berat memberi tugas pada anak dan tidak perlu juga guru mengambit peran yang terlalu berat untuk mencapai nilai idealis. Dalam situasi darurat tentu kita harus memperhatikan kemampuan kita dalam mengolah dan melaksanakan pembelajaran yang menyenangkan. Kunci utama adalah hadirkan rasa iklas dalam PJJ.

Sebagai guru yang merasa tidak memiliki kemampuan lebih dalam meggunakan berbagai aplikasi maka cobalah ATM (Amati Tiru dan Modifikasi). Dokumentasikan kegiatan PPJ anda melalui Blog uploud poto kegiatan PJJ melalui blog agar anak merasa bangga dan dihargai oleh guru.

 

Ibu Sri Sugiastuti

Ibu Sri Sugiastuti, Narasumber 2 

Menyampaikan Ucapan rasa syukur terlaksananya kegiatan Seminar Bloger Nasional.

Ucapan bangga kepada Om Jay yang telah konsisten untuk menyelenggarakan kegiatan Belajar Menulis. Kegiatan ini merupakan usaha Om Jay untuk mempasilitasi guru dalam kegiatan belajar menulis secara daring.

Kegiatan yang dilakukan adalam peserta membuat resum buku sehingga guru mampu menulis dan berkolaborasi untuk menulis. Kegiatan yang digagas Om Jay tentu akan sangat membantu para guru yang semula kurang memiliki kepercayaan diri dapat teratasi. Diharapkan dari resum buku yang dibuat para guru dapat diterbitkan menjadi sebuah buku.

Dimasa Pandemi memaksa kita untuk mampu menghadirkan dan menyajikan pembelajaran yang menyenangkan. Peran bu Kanjeng dalam kelas menulis memang sangat membantu peserta menulis. Boleh dikatakan sebagai kompor untuk membakar api semangat para penulis pemula. Banyak hal yang telah dilakukan Bu Kanjeng diantaranya  mengajak para peserta untuk mengikuti tantangan sebagai curator. Kegiatan ini ternyata mendapat sambutan hangat dari berbagai daerah bahkan mampu memotivasi para guru di daerahnya masing-masing.

Banyak solusi yang didapat ketika guru menyampaikan berbagai kendala yang dihadapi baik ketika melaksanakan PJJ maupun proses belajar menulis sampai pada penerbitan sebuah buku resume.

Maaf Sesi 2 ada kendala, 

Sabtu, 24 Oktober 2020

DARI ARTIKEL LOKAL HINGGA INTERNASIONAL



Oleh Surmanto Adam
Jumat, 23 Oktober 2020

Mengenal Kang Encon

Pertemuan kali ini dipandu oleh bunda Fatimah, S.si dari Aceh. Sungguh pengalaman yang sangat berharga bagi saya ketika mampu mengikuti tahapan-tahapan dalam menuntut ilmu, khususnya pada dunia tulis menulis ini. Sejak awal saya diperkenalkan oleh Om Jay dengan orang-orang yang memang awalnya biasa kini telah menjadi luar biasa. Hari ini saya dipertemukan kembali oleh orang hebat juga merupakan pakar literasi Indonesia seperti bunda Fatimah dan Kang Encon. 

Haji Encon Rahman atau akrab disapa Kang Encon bagi saya sudah tidak asing lagi. Beliau sering mengisi kuliah dan menjadi narasumber bagi para penulis pemula dan di beberapa kegiatan diklat. Sepak terjang beliau tidak diragukan lagi. Kesuksesannya dalam dunia menulis artikel atau cerpen pada majalah, tabloid, dan koran mengantarkannya meraih berbagai penghargaan bahkan hingga mendapat penghargaan guru berprestasi dari tingkat nasional hingga  tingkat internasional di Thailand tahun 2017 mewakili bangsa Indonesia. Hingga saat ini hampir lebih dari lima ratus artikel yang sudah beliau tuliskan pada surat kabar dan majalah ternama. 

Meretas Kesuksesan

Berawal dari senang membaca koran hingga ada keinginan untuk menulis artikel namun belum memiliki kemampuan yang cukup. Untuk menyalurkan bakat dan keinginannya itu sejak duduk di bangku SMP beliau menuliskan berbagai karya tulis sederhana melalui majalah dinding (Mading) OSIS. Karya-karya beliau mendapat apresiasi cukup besar. Memang pada  tahap awal perkembangan menulis di SMP tidak begitu meningkat, hal ini disebabkan belum adanya informasi bagaimana tulisan-tulisan dapat masuk ke koran. Setelah memasuki masa SPG  alumni terakhir, kemampuan beliau mulai berkembang ketika banyak memiliki pengetahuan. Namun untuk menulis artiket yang baik masih dirasakan kurang. Kembali lagi ketika itu majalah dinding menjadi tempat mencurahkan gagasannya. Alhamdulillah banyak rekan-rekan beliau memberikan komentar positif.

Kemampuan yang dimiliki dalam menulis cerpen, artikel, sajak, dan kartun pada majalah dinding SPG Majalengka menarik perhatian Haji Entis salah seorang guru di sana. Sarannya pada Kang Encon untuk mengirimkan karya-karya tulisannya itu pada majalah, tabloid atau koran. Keberanian yang pada awalnya belum munjul berkat motivasi Haji Entis mencobanya mengirim pada tabloid Mitra Desa yang merupakan anggota grup Pikiran Rakyat Bandung. Beliau pun mencoba dari hal-hal yang sederhana seperti humor, sajak dan kartun dan hingga saat ini hampir mencapai 150 kartun yang termuat pada majalah nasional dan lokal. 

Karya-karya beliau melalui tabloid Mitra Desa berbuah hasil. Dari usahanya yang terus menerus tanpa kenal lelah beliau mendapat respon positif dan mulai menerima honor dari menulis. Dari honor menulis tersebut beliau senang berbagi pada rekan-rekannya walau hanya sekedar membeli bakso dan bala-bala. Semua jerih payah yang diterima dinikmati bersama-sama dengan perasaan senang. Dari usahanya di masa SPG tidak jarang guru dan rekan-rekannya menjuluki penulis dan wartawan.

Keberaniannya mulai bertambah hingga beliau mencoba menulis cerpen, humor dan karikatur pada tabloid Mitra Desa. Merambahnya kepercayaan diri beliau dengan menulis berbagai artikel tentang rekan-rekannya yang berprestasi. Kepercayaan diri yang semakin baik beliau mengirimkan tulisannya ke Harian Pikiran Rakyat. Sadar akan pentingnya sebuah proses beliau memulai dari yang sederhana dan dari majalah atau tabloid lokal hingga akhirnya pada media nasional.

Dari hasil mengumpulkan honorarium menulis beliau berangkat ke Bandung untuk mengikuti SIPENMARU namun takdir berkata lain. Beliau belum dapat diterima pada perguruan tunggi negeri. Kegagalannya lulus SIPENMARU tidak membuatnya patah semangat. Beliau tetap sibuk pada dunia menulis dan kuliah di perguruan tinggi swasta  Universitas Pasundan Bandung jurusan FKIP Bahasa dan Sastra Indonesia.  Ketertarikan melanjutkan kuliah merupakan motivasi teman terhadap Kang Encon, sebab sebagus apapun tulisan jika tidak diimbangi gelar akan percuma.

Saat di Bandung beliau tergolong rajin menulis berbagai jenis tulisan dan mampu menjalankan kehidupan sebagai mahasiswa di Bandung dari honor tulisan yang dimuat berbagai majalah dan koran nasional. Kuliah pun terselesaikan dari hasil menulis. bahkan beliau mengalami perkembangan yang cukup signifikan, Keterampilan dalam dunia tulis menulis semakin bertambah ini didukung oleh aktifnya beliau mengikuti komunitas Balai Jurnalistik ICMI (Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia). Dari sinilah banyak hal yang dipelajari untuk menambah kemampuan dan memotivikasi diri.

Ada hal yang diingat beliau ketika hidup sebagai mahasiswa di Bandung. Saat tinggal di tempat kost dan membutuhkan banyak uang beliau mengetik atau menulis sedang temannya sudah tidur. Beliau membuat cerita anak dan dikirim ke Pikiran Rakyat dan mendapat respon positif hingga menerima honorarium seratus ribu rupiah. Ketika itu uang seratus ribu rupiah dapat membeli empat gram emas.

Hingga pada kesimpulannya beliau memiliki pandangan bahwa jika memiliki kemampuan menulis maka menulis saja, bahkan menurutnya  untuk mendapatkan finansial menulis di koran merupakan teknik yang mudah dan cepat mendapatkannya. Kita bisa membayangkan besaran honorarium yang diperoleh dari koran-koran ketika banyak mengirim tulisan bahkan jika dikumpulkan melebihi dari UMK atau UMR. Yang terpenting kita memiliki pikiran produktif dalam menuangkan ide-ide. Selain itu penting bergabung pada komunitas menulis untuk diskusi dengan teman-teman.

Langkah sederhana menulis artikel

(a) Dalam dunia tulis menulis kita harus tahan banting, hal ini penting ketika karya kita belum dimuat oleh koran atau media. Saat tulisan belum termuat tentu kita koreksi diri mungkin dari judul yang kurang menarik atau tidak sesuai harapan redaksi. Tema kurang mewakili atau mungkin ide sudah dimuat oleh orang lain.

(b) Untuk menambah keterampilan menulis pada koran kita harus banyak membaca koran tentang hal-hal populer. Untuk memulai pengiriman artikel baiknya dimulai pada tingkat lokal terlebih dahulu. Dalam menulis  tetap istikamah dan dilakukan secara rutin atau terus menerus.

(c) Penyakit penulis pemula biasanya jarang menulis dan jarang mengirim tulisan ke tabloid, majalah, atau koran. Jika kita ingin menulis lakukan saja terus menerus hingga banyaknya artikel dikirim. Dengan demikian kemungkinan besar tulisan akan dimuat di koran.

(d) Sering membuat kliping koran karya orang lain, mengapa kita tidak bisa menulis? hal ini karena kita malas membuat tematik sebuah karya orang lain atau malas membaca karya orang lain. Kang Encon orang yang sering membuat tematik karya orang lain. Hal ini dilakukan agar dapat membuat karya atau gagasan menulis pada tahun-tahun berikutnya. Beliau menegaskan bahwa koran merupakan industri, karena koran memiliki visi dan misi sehingga memiliki teknik tersendiri yang berbeda dengan blog yang tidak ada seleksi.

(e) Berdasarkan pengalaman yang dimiliki beliau mencoba mengembangkan kemampuannya untuk para guru agar mampu menulis pada koran. Materi yang disajikan antara lain panduan menulis artikel, cara menulis judul artikel yang menarik, anatomi tulisan artikel dan jenis-jenis artikel untuk surat kabar dan majalah, sifat tulisan artikel yang dibutuhkan surat kabar dan majalah, cara menggali ide tulisan artikel, cara mengumpulkan referensi untuk artikel, dan materi lain yang mendukung peningkatan menulis artikel pada surat kabar dan majalah.

(f) Kunci utama dalam proses menulis artikel pada surat kabar dan majalah adalah memahami teknik-teknik dasar. Teknik-tektik dasar tersebut harus dipelajari karena memang dalam proses menulis artikel termasuk keterampilan terapan. Analogi keterampilan ini seperti kita ingin menjahit kain tentu harus membuat pola terlebih dahulu.  

Penutup

Dalam pertemuan kali ini beliau banyak memberikan solusi tentang berbagai masalah yang dialami para penulis pemula. Banyak ilmu yang didapatkan dari Kang Encon berkaitan tentang tahapan menulis artikel dan berbagai kendala yang dihadapi saat menulis artikel.

Sebagai penutup yang sangat berkesan adalah menjadikan menulis sebagai ibadah untuk memperbanyak amal jariyah sebagai mana telah dicontohkan para orang shalih. Dan yang terpenting ketika menulis hendaklah dalam keadaan menjaga wudhu sebagaimana para ulama ketika menuliskan kitab mereka memiliki wudhu sehingga menghasilkan karya terbaik. 


Semoga resume ini bermanfaat bagi kita semua.

aamiin,

Jumat, 23 Oktober 2020

WABAH BERBUAH BERKAH

 

Keberkahan di Masa Pandemi

Oleh Surmanto Adam

Masa pandemi covid-19 atau coronavirus sejak Maret 2020 sampai saat ini sangat berpengaruh besar terhadap tatanan kehidupan manusia di dunia. Banyak sektor vital terdampak karena wabah ini, tidak hanya kesehatan. Pertumbuhan ekonomi lemah, terganggunya prilaku sosial dan budaya masyarakat, bahkan penyelenggaraan pendidikan nasional mengharuskan pelaksanaan pembelajaran secara daring atau PJJ.

Dalam kondisi situasional seperti ini kita dipaksa mampu melakukan aktifitas produktif dua kali dari biasanya. WFH (Work From Home) dan PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) yang begitu lama memungkinkan munculnya kejenuhan dalam melaksanakannya. Namun dari kondisi yang ada saat ini kita dapat mengambil hikmah besar sebagaimana yang dilakukan oleh Ibu Noralia Purwa Yunita.

Sedikit mengutif curriculum vitae Ibu Noralia Purwa Yunita, M.Pd. kelahiran Kudus, 12 Juni 1989. Putra pertama dari dua bersudara dengan ayah bernama Ali Achmadi, S.Pd. dan Ibu Noor Fatkiyah, S.Pd.SD.  Beliau pernah kuliah program sarjana dan melanjutkan program magister pendidikan di Universitas Negeri Semarang. Saat ini beliau merupakan salah satu tenaga pendidikan pada SMP Negeri 8 Semarang.

Sama halnya maunusia pada umumnya wabah pandemi covid-19 bagi beliau merupakan dampaknya cukup terasa, terlebih beliau adalah pendidik yang harus melaksanakan WFH dan menyelenggarakan PJJ semaksimal mungkin. Namun di sisi lain bagi beliau wabah tidak hanya sebagai musibah namun wabah justru berbuah berkah.

Vandemi covid-19 memiliki makna tersendiri bagi beliau. Selain dapat lebih dekat dengan keluarga yaitu suami dan kedua anak-anaknya yang masih balita, beliau mampu melahirkan karya-karya besar dari kemahirannya dalam menulis. Karya-karya itu beliau tuangkan dalam beberapa buku seperti Antologi Kisah Inspiratif Sang Guru, Jurus Jitu Menulis dan Berprestasi, Menciptakan Pembelajaran yang Efektif Dari Rumah (karya bersama Om Jay dan kawan-kawan, beliau diantaranya) dan karya kolaborasi dengan Prof Richardus Eko Indrajit yaitu Digital Mindset.  


Selain itu beliau menulis beberapa artikel yang diterbitkan oleh Majalah Pendidikan Geliat Gemilang Bandung dan majalah pendidikan Aksioma seperti PPJ Asyik Selama Covid pada rubrik Guru Bicara Pendidikan. Kemahirannya dalam menulis beliau akui berkat tangan dingin Om Jay dalam membimbing Belajar Menulis Online kelas 8. 

Saat ini beliau sedang menggarap tiga buku yaitu Kiat Menulis Modul Berbasis Riset, Seri Ekoji Academy  yang berkolaborasi dengan Prof Eko dengan judul Gamifikasi, belajar menyenangkan seasyik bermain game dan antologi dengan siswa yang berjudul Aku dan Corona.

Kiprahnya dalam aktifitas  dunia menulis tentu tidak semulus apa yang kita bayangkan. Sebagai manusia biasa beliau pun pernah mengalami kendala, seperti kesibukan melaksanakan PJJ yang perlu persiapan secara matang dan kegiatan lain yang menjadi skala prioritas dan harus terselesaikan.

Masalah lain yang menjadi kendala yaitu kejenuhan. Beliau memiliki tipikal bosan apa bila mengerjakan kegiatan yang sama dan berulang-ulang. Jika penyakit bosan menghampirinya, beliau melakukan aktifitas lainnya seperti menonton, membaca novel dan kegiatan lain sekedar membunuh rasa bosan dan sekedar refreshing. Hal terpenting baginya keadaan seperti itu tidak dibiarkan berlarut-larut, cukup atu atau dua hari lalu kembali berkarya.

Krisis ide merupakan kendala ketiga, jika sudah seperti ini beliau menggunakan jurus bapak Akbar Zainudin, karena segala sesuatu  yang kita rasa, kita lihat tentu dapat dijadikan ide. Contoh ketika kita rekreasi atau menonton film dan kita mampu merasakan dari semua itu tentu akan menjadi ide atau gagasan kita dalam menulis. Karena bagi beliau menulis sama halnya berbicara, perbedaannya hanya dituangkan dalam bentuk tulisan.

Keterbatasan diksi atau  kosa kata terkadang menjadi kendala utama. Untuk mengatasi hal ini beliau memilih membaca artikel orang lain atau membaca novel karya apapun. Dengan demikian akan menambah perbendaharaan diksi atau kosa kata.

Lazimnya penulis pemula merasa takut salah dalam menulis. Tidak terkecuali ibu Noralia Purwa Yunita, beliau pernah mengalami hal serupa, namun berkat keyakinannya terhadap motivasi Om Jay bahwa tulis saja dulu apa yang kita pikirkan, jangan permasalahkan EYD atau kaidah kebahasaan yang lain, cukup tulis hingga selesai. Hingga tulisan selesai lakukanlah preses editing dan pada akhirnya tulisan akan mengalir.

Sungguh pengalaman yang luar biasa dan dapat dijadikan pelajaran bagi para penulis pemula ungkap Mr. Bams moderator malam ini. Ibu Noralia banyak memberikan motivasi bagi peserta belajar menulis pemula. Dalam kesibukannya sebagai seorang pengajar dan pembelajar terlebih saat situasi pandemi beliau mampu melahirkan karya hebat. Bagi beliau wabah bukan sekedar musibah namun wabah berbuah berkah.

Sebgai penutup resume saya ingin menuliskan kiat beliau dalam mewujudkan tekad menulisnya yaitu dengan tiga kata "NIAT, PAKSA dan MAU". Tiga kata ini harus melekat dan mampu dilaksanakan dalam aktifitas kita menuju keinginan besar menjadi penulis hebat.

Semoga bermanfaat,



Kamis, 22 Oktober 2020

GENERASI LITERAT

 


Oleh Surmanto Adam

 

Hujan gerimis membasahi pucuk dedaunan

Anak-anak bermain di selasar kelas dengan wajah penuh keceriaan

Ada canda dan cerita tentang keasyikan mereka sendiri

Sesekali tertawa terbahak-bahak

Ketika kelucuan membuatnya terpingkal-pingkal

 

Aku tidak tahu

Entah apa yang dibicarakan mereka

Semua larut dalam suasana penuh canda ria

Ya, mereka memang sedang turun main usai jam belajar

 

Pada sudut  lain di sebuah saung baca tampak wajah serius penuh makna

Berdiskusi tentang sesuatu yang mungkin menarik

Ya, menarik bahkan asyik untuk mereka diskusikan

Sesekali terlontar tanya di antara mereka

Bak seorang bijak bahkan bagai seorang pujangga

 

Oh… inikah mereka yang telah muncul jiwa seorang literat

Mampu membahas cerita, biografi, komik, ensiklopedi bahkan analogi

Terhipnotis jiwa pada mereka

Anak-anak literasi penerus bangsa

 


 



Selasa, 20 Oktober 2020

PELANGI LITERASI

 

Oleh Surmanto Adam 

Elok warna dan rupamu menghias dinding kebodohanku

Setiap untai kata memendam seribu makna

Torehan cerita memberi pesan penuk etika

Dan setiap ragam bahasa membuat hasrat selalu ingin bertanya

 

Literasi,

Menyadarkan aku dari kekhilafan yang terlalu panjang

Membangkitkan hasrat mencari kebenaran dari sebuah kenyataan

Membuka mataku dari kebutaan aksara dan retorika Bahasa

Memberikan aku akan pemahaman kehidupan

 

Pelangi literasi,

Ajarkan aku akan ketidak tahuan

Berfikir ilmiah bertindak relistis

Dan bertutur kata bak sang pujangga yang menjunjung nilai dan norma

 

Oh pelangi literasi

TOP PROFIL YAYASAN PUSTAKA THAMRIN DAHLAN


Oleh Surmanto Adam
Senin, 19 Oktober 2020

"Pertemuan nanti malam narasumber merupakan pemilik penerbit!" pesan Pak Brian Prasetyo di WhatsApp Grup Belajar Menulis melalui daring. Satu menit kemudian "Intip narsum malam ini yuukks!" lanjut Ibu Aam Nurhasanah yang bertugas sebagai moderator. Kalau membaca nama narasumber malam ini saya teringat dua sosok yang tidak asing di telinga dan mengisi lembaran sejarah bangsa ini. MH. Thamrin dan KH. Ahmad Dahlan, dua tokoh penomenal ini pasti kita mengenalnya walau belum bertatap muka. Narasumber kali ini gabungan kedua sosok tersebut, beliau Bapak Thamrin Dahlan ketua Yayasan Pustaka Thamrin Dahlan dengan website terbitkanbukugratis.id bagi yang ingin mengenal beliau dapat mengirim surel melalui email thamrindahlan@gmail.com.

Sekelumit mengenalkan beliau dari informasi yang saya terima nama lengkap Haji Thamrin Dahlan, SMK.,M.Si. selain ketua Yayasan Pustaka Thamrin Dahlan beliau merupakan dosen AKPER POLRI, Blogger,  publisher, penulis dan telah menerbitkan 30 buku. Melalui Yayasan Pustaka Thamrin Dahlan  beliau membantu rekan-rekan guru yang ingin menerbitkan buku berlisensi barcode ISBN secara gratis. Wooow keren bukan?.

Membaca profil company beliau sangatlah luarbiasa mengedepankan nilai-nilai luhur seperti kemuliaan, kejujuran, transparansi, akuntabel, kebersamaan, kemanusiaan, legacy, peduli, literasi Indonesia dan buku sebagai mahkota penulis. Satu hal yang membuat saya harus membuka cakrawala literasi diri yaitu tiga kata yang tertulis pada motto company beliau "Penasehat Penakawan Penasaran". Kalaulah saya memiliki kemampuan mengolah kata lebih baik jujur ini akan menjadi sebuah karya tulis yang bagus. Tiga kata ini jika ditafsirkan akan sangat luas makna dan penjabarannya.

Jujur saja saya kurang memiliki banyak kesempatan untuk menelaah isi dari profil company beliau yang begitu mulia. Secara garis besar saya dapat memahami arah kebijakan yang beliau dan rekan-rekan tim dari Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan lakukan. Upaya membantu guru dan para penulis untuk menerbitkan buku-buku secara gratis tentu ini merupakan bentuk kepedulian yang sangat luarbiasa. 

Sebagai orang yang berpikir literat tentu memiliki tanggungjawab yang harus dilaksanakan. Banyak cara yang dapat kita lakukan diantaranya seperti Pak Wijaya Kusuma dengan banyak melakukan terobosan dalam upaya membantu menumbuhkan dan mengembangkan jiwa literasi para guru. Bu Kanjeng, Bu Aam Nurhasanah, Cak Inin, Mr. Bams, Pak Ya'Dedy kini hadir Pak  Haji Thamrin Dahlan yang sangat luarbiasa.

Menutup resume saya yang sangat singkat ini, saya ingin mengatakan bahwa "Menulis itu bukan sesuatu yang sulit selagi kita memiliki komitment dan tetap fokus terhadap apa yang ingin kita kembangkan maka pasti bisa!". Dan sekedar memberi penguatan pada resume ini, saya kutip satu penutup Pak H. Thamrin Dahlan, "Menerbitkan buku muara dari menulis. Kehadiran penulis abadi sepanjang masa ketika bukunya menjadi aset negara tersimpan di Perpustakaan Nasional!". 

Terima kasih Bapak Haji Thamrin Dahlan atas materi yang begitu menggugah hati para penulis pemula. Kami bangga dapat diperkenalkan oleh orang-orang hebat seperti bapak. Om Jay, jazakallah hairan katsiran.



 

Minggu, 18 Oktober 2020

Tips Mr. Bams


Mengelola Blog Dengan Satu Kata Bahagia 



Oleh Surmanto Adam
Minggu, 18 Oktober 2020

Antara Resume dan Ke Dokter 

Tsaqif mengalami demam tinggi, saat yang bersamaan aku harus mengikuti kuliah menulis secara online. Konsentrasiku agak terpecah, namun sementara ini aku harus fokus pada Si bungsuku. Bersyukur kegiatan rutin kuliah menulis secara online dilaksanakan melalui pesan WhatsApp. Tugas membuat resume pun fleksible dapat diserahkan kapan saja. Segera jasa Tsaqif ku larikan ke klinik yang biasa tempat kami berobat. 

Bersyukur tidak ada pasien yang menunggu antrian, mungkin karena selepas hujan tadi belum banyak yang datang. "Silakan masuk Pak Adam!", panggilan itu datang dari arah ruang periksa. Pak Surahman dokter yang sudah tergolong akrab dengan keluargaku. Beliau tinggal berhadapan dengan klinik Yahdi di daerah Mangunjaya. Wajar saja jika sudah mengenal betul aku dan keluargaku, sebab sejak anak pertamaku Syahiir jika demam selalu aku meminta bantuan beliau.

Demam Tsaqif sampai 39 derajat celcius, namun aku bersyukur pisik anakku tergolong kuat. Kalau kata orang di kampungku anak usia Tsaqif jika demam itu pertanda mau pintar. Entah apa pun namanya bagiku masih sebagai mitologi. Hasil diagnosa Tsaqif mengalami radang entah apa yang membuat kami lalai menjaga kondisi kesehatan Si Bungsu ini. 

Selesai berobat ku pacu metik tuaku dengan perlahan. Sepanjang perjalanan Tsaqif ngoceh saja, pada hal ia belum minum obat. Sugesti atau keyakinan seseorang terhadap sesuatu yang baik terkadang menjadi doa. Itulah sebabnya mengapa kita dianjurkan untuk selalu berpikiran baik atau positive thinking. 

Resume Menantiku

Ratusan pesan WhatsApp muncul pada gawaiku, itu semua dari berbagai grup yang aku ikuti. Fokus pada satu grup menulis gelombang 16 ternyata sudah begitu banyak pesan yang kulewati. Satu per satu pesan kubaca dengan teliti, namun kali ini pesan narasumber berupa voice note. Sebelum aku mulai membuat resume ada baiknya kutandai dengan bintang dengan harapan pesan tersebut tidak ikut terhapus. 

Kali ini Pak Bambang Purwanto yang akrab disapa Mr. Bams narasumber kuliah menulis online angkatan 16. Om Jay memberi pengantar singkat sebagai pembuka kegiatan belajar sebelum diserahkan kepada Ibu Aam Nurhasanah sebagai moderator.

Pada sebuah blog Pena Mr. Bams  nama lengkap Bambang Purwanto, S.Kom.,Gr.dan beliau kelahiran Bandung, 6 April 1974. Saat ini beliau merupakan pengajar tetap pada SMP Taruna Bakti Bandung dengan segudang pengalaman baik formal maupun non formal. Yang tidak kalah hebatnya dari seorang Mr. Bams adalah banyaknya penghargaan yang diraih. Beliau juga merupakan pakar IT dan ahli dibidang wordpress.

Mr. Bams merupakan salah satu peserta Belajar Menulis pada gelombang 8 bersama Ibu Aam Nurhasanah. Awal pengantar beliau, setelah membuat blog maka jadikan blog sebagai media bagi kita untuk menulis tentang apa saja. Dan  peserta menulis dianjurkan memiliki blog serta mengelolanya secara konsisten.

Di masa pandemi beliau membuat beberapa kelas blog wordpress yang awalnya berbayar. Pada beberapa bulan terakhir tidak berbayar sebab dapat dipelajari melalui tutorial youtube. Dengan demikian peserta dapat belajar setiap satu minggu sekali. Hal yang menarik saat berbagi beliau mengawali dengan kalimat bahagia, keinginan itu agar dengan kalimat itu dapat benar-benar bahagia. Walau tidak mudah bagi beliau untuk membuat kalimat bahagia namun beliau tetap mencoba dan berbagi di beberapa web yang dikelolanya.


Kalimat bahagia yang beliau buat dishare di beberapa media seperti web, instagram, facebook atau potcast cuap Mr. Bams. Apa yang dilakukan adalah untuk mengembangkan gerakan literasi, seperti Gerakan Literasi Sekolah, Gerakan Literasi Nasional, Gerakan literasi Masyarakat dan Gerakan Literasi Keluarga. Dalam menulis kalimat bahagia beliau memiliki program berbagi kata semangat setiap hari Sabtu. Beliau membuat satu kalimat semangat dan kalimat bahagia untuk istri dan anaknya demikian pula beliau akan mendapat satu kalimat semangat dan kalimat bahagia dari istri dan aknaknya.

Rutinitas pada hari Jumat beliau memiliki kegiatan mengontrol bacaan Al-Quran anak-anaknya ini beliau lakukan sebagai kepala keluarga dan sebagai seorang muslim yang memegang teguh ajaran agama Islam. Dengan demikian belau mengetahui dan mencatat setiap perkembangan bacaan Al-qur'an anak-anaknya.

Sebagai materi yang disampaikan mengelola blog pada gambar yang dibuat tentu memerlukan kesabaran dan mau belajar serta sabar dalam menghadapi kesulitan. Yang terpenting konsisten dalam mengelola blog dan mengisi dengan tulisan. Dengan konsistensi mengelola blog tentu akan ada perkembangan dalam dunia menulis untuk selanjutnya jika sudah mengalami tumbuh kembang maka jangan mudah puas.

Gaya guyon Mr. Bams ada-ada saja, beliau memotivasi peserta dengan gaya bicara Bapak Mario Teduh (plesetan Mario Tuguh). Ya, memang seorang narasumber harus mampu membuat releks peserta agar tidak tegang dan monoton. 

Semoga Resume ini memotivasi kita semua untuk memulai dan konsisten menulis pada blog.


Sabtu, 17 Oktober 2020

Kekuatan Doa


Rasa Khawatir itu Telah Aku Titipkan

Oleh : Surmanto Adam
Senin, 24 Agustus 2020

Melawan Diagnosa Medis


Minggu, 15 Maret 2020 udara memang sedikit panas. Ya, lumayan gerah dan keringat mulai mengalir membasahi sebagian tubuh. Kipas angin sudah di angka tiga, namun tetap saja tidak mampu mengurangi hangatnya udara hari itu. Daun jendela rumahku sudah terbuka lebar namun mau bagaimana lagi angin di luar sana sepertinya enggan bermain di teriknya matahari. 

Tepat di ruang tamu aku melihat Dwi Syaraswati istriku sesekali meringis kesakitan. Ia nampak menahan rasa sakit yang begitu kuat di perutnya yang sudah sangat besar. Belum lagi pada kaki-kakinya yang ikut menambah rasa sakit dan bengkak. Terkadang ia menahan napas hanya untuk menahan rasa sakit yang sesekali datang. Seandainya aku mampu memindahkan sakitnya tentu aku akan menanggung sakit itu. Namun aku tidak mampu berbuat banyak. Yang dapat ku lakukan hanya mengusap kaki dan perut besarnya saja.

Sudah sembilan bulan lebih usia kehamilan istriku. Tanda demi tanda nampak pada intensitas rasa sakit yang datang sekitar  15 menit sekali. Si jabang bayi mulai tidak terlalu agresif bergerak, memang agak berbeda dari hari-hari sebelumnya. Mungkin ini pertanda ia sudah ingin melihat terangnya dunia.

Selepas Asar aku antar istri ke bidan terdekat. Dengan motor metik tua istri dan Amiirah anak kedua ku bawa perlahan. Tiba di rumah bersalin  bersyukur antrian tidak banyak, jadi tidak menunggu terlalu lama. Istriku masuk sebuah kamar, namun tidak begitu lama ia keluar sambil menahan rasa sakitnya. "Abi, ayo kita ke rumah sakit terdekat dulu untuk cek tensi dan cek laboratorium". Tidak banyak bertanya segera saja kami beranjak pergi.

Di rumah sakit dekat sebuah pasar tradisional aku antar istri menuju laboratorium. Ada satu pasien yang sudah menunggu antrian. Duduk kami pada ruang tunggu dan tidak begitu lama giliran istriku masuk ruang laboratorium. Nampak petugas memeriksa tensi dan mengambil sampel darah. Uji klinik oleh tenaga medis mulai dilakukan. Kurang dari 25 menit hasilnya sudah dapat diketahui. 150/100 dan kategori protein tingkat 2. Dengan hasil ini menunjukkan istriku tidak bisa melahirkan secara normal.

Gundah dalam batinku mulai meningkat namun aku tetap berusaha tenang. Kami putuskan untuk kembali pulang dengan kekhawatiran yang mendalam dan terus menghantui. Namun tidak bagi istriku, ia nampak penuh keyakinan akan dapat melahirkan secara normal. Aku mulai sadar bahwa kekuatan hati akan mengantarkan pada apa yang diyakininya. Kembalinya kami hanya untuk mencoba menenangkan hati agar tidak semakin kalut. Berharap pada Allah semoga  ada perubahan beras setelah kami pulang.

Menjelang maghrib kembali kami ke rumah bersalin. Tiba waktu salat Kutinggalkan istri dan anakku  pergi ke masjid terdekat. Entah seberapa banyak dan penuh yakin aku memohon kemudahan bagi istriku tercinta. Sebab hanya doa yang akan menjawab segala kekhawatiran yang aku rasakan. Sekembalinya dari masjid kutanyakan apa yang telah disarankan. Dengan bukti hasil laboratorium tetap saja bidan memberi saran agar istriku harus diambil tindakan cesar. Namun aku bangga istriku tetap saja yakin akan dapat melahirkan secara normal.

Di tengah kerisauan teringat teman sejawat, Pak Ruhyat tinggal tidak jauh dari rumah bersalin. Aku coba menghubunginya untuk meminta bantuan kendaraan mobil sebab istriku harus segera mencari rumah sakit lain. Qodarallah beliau ada di rumahnya dan siap membantu. Segera saja ku pacu si metic tua hinga akhirnya tiba di rumahnya. Tidak banyak yang kami bicarakan dan segera saja istri dan anakku diantar sedang aku mengiringinya.

Bersyukur jalan tidak begitu macet hingga kami  sampai di sebuah rumah sakit swasta ternama. namun sayang tim medis di sana pun menyarankan ambil tindakan cesar. Beliau melihat hasil cek laboratorium. Namun tetap saja istriku berkeyakinan dapat melahirkan secara normal. "Segera cari rumah sakit lain bu, ini sudah larut malam khawatir nanti tidak dapat rumah sakit!" ujar petugas medis. 

Segera saja kami beranjak dari sana tanpa tahu kemana kami akan pergi. Sepanjang perjalanan mengantar istri, aku titipkan rasa khawatir pada Allah. Jika istriku saja mampu menghadapi ujian ini mengapa aku kurang yakin terhadap semangatnya. Ya, aku harus yakin istriku akan melahirkan normal. Keyakinan itu semakin kuat karena istriku begitu kuat.

Amiirah ku titipkan pada kakak iparku yang kebetulan sudah dihubungi dan kuminta  untuk menjemputnya. Aku menyusul teman yang membawa istriku mencari rumah sakit terdekat.  Tibalah kami pada sebuah rumah sakit. Istriku langsung masuk ruang IGD dengan diantar bidan rumah sakit. Bidan langsung mengambil tindakan bahkan melayani dengan sangat ramah. Sesekali bertanya pada istriku sambil memeriksa kembali tensi (tekanan darah) dan cek kadar protein.

Di tengah kegamangan akan hasil yang ku tunggu, aku tinggalkan istri untuk aku memohon pada Allah Sang Penentu Keputusan. Aku hanya tahu Allah pasti mengabulkan doa-doa yang dipanjatkan hambanya sejauh hamba memohon dengan penuh keyakinan. Sekembali aku bermunazat benar saja tekanan darah normal dan protein istriku menunjukan tingkat satu itu artinya istriku dapat melahirkan secara normal.

Detik-detik Pembukaan Sembilan

Dengan hasil yang membuat kami tenang segera saja istruku diantar ke ruang bersalin lantai dua. Aku menyiapkan menyelesaikan administrasi rawat inap dan persalinan. Selesai mengurus semua administrasi aku beranjak menuju ruang bersalin. Diruang itu istriku sudah berbaring di atas ranjang persalinan. 

Waktu menunjukan pukul 24.00, rasa sakit sesekali datang. Aku hanya mampu memandang wajah istriku yang diliputi rasa sakit. Sesekali ia bergumam "Abi sakit bi!", mendengar rintihannya aku tidak mampu berbuat banyak, "Sabar cinta, banyaklah memohon pada Allah, dan berzikirlah semampu kita!". kataku menguatkan semangatnya. Sejujurnya rasa tegangku semakin waktu semakin bertambah. Aku tidak memiliki kekuatan apa pun, yang aku mampu hanya melafalkan kalimat-kalimat permohonan pada Allah Zat Yang Maha Menentukan.

Mataku menatap sebuah jam dinding di sudut ruang, jarumnya menunjukkan angka 12.30 WIB. Tidak terasa kini sudah pukul setengah satu, rasa sakit pada perut istriku pun semakin kencang. "Abi kok lama sih?", tanya istriku. Terkadang aku dimintanya menemui bidan jaga, tapi aku berpura-pura menurutinya dan ku katakan "Iya nanti dilihat katanya!", kataku hanya sekedar memberi ketenangan. 

"Abi antar Ummi ke toilet!" ucap istriku  "Hayu, tapi pelan-pelan (perlahan) saja!", kataku. Sungguh tidak tega aku melihat rasa sakit dengan tangan diinfus seperti ini. Aku menunggu persis di depan pintu toilet dengan sedikit kantuk yang sejak tadi ku lawan. Sesekali ku sandarkan kepalaku hanya untuk memberi rasa rileks. Namun semua usaha telah ku lakukan tetap saja otot dan pikiranku semakin kencang.

Duapuluh lima menit berselang pintu toilet pun terbuka, "Abi tolong bantu pegang kain ini!", sontak saja aku terperanjat melihat istri yang membersihkan cairan begitu banyak. Dalam benakku pun bertanya mungkinkah ini yang dimaksud ketuban entah apa lah namanya. Semakin kencang saja degub jantungku melihat apa yang nampak di kedua mataku ini.

Kuantar istri tercintaku menuju ranjang persalinan, "Abi, tolong panggilkan bidan dong!", lirih kudengar dari bibir istriku yang nampak  merintih menahan sakit. Segera saja aku keluar dari ruang persalinan. Kucari pintu menuju ruang bidan, setengah kalut aku mencari dimana pintunya sebab memang aku belum tahu. Untung saja ruangan itu tampak jelas karena hanya dibatasi dinding kaca. Seorang bidan muda menanyakan dari dalam, "Ada apa pak?", tanyanya, "Maaf Bu Bidan, istri saya nampaknya sudah mengeluarkan cairan!". Sejenak ia diam dan sambil merapikan beberapa alat persalinan. "Bapak tunggu saja ya di ruangan, nanti saya lihat!", ucapnya dengan ramah.

Sekembaliku dari ruang bidan istriku langsung menanyakan, "Mana abi bidannya?", sepertinya memang semakin sakit yang dirasakan. "Sabar ya Cin, nanti juga datang!", benar saja tak seberapa lama datang dua orang bidan dengan perlengkapan persalinan. "Bapak tolong beli pembalut besar ya, di depan rumah sakit ini ada mini market!", minta salah satu bidan padaku, "Baik sus!" kataku sambil melangkah pergi.

Masa Yang Menegangkan

Semua persiapan telah hampir rampung, perlengkapan medis pun sudah nampak disiapkan satu persatu. Dokter kandungan sudah datang dan memeriksa perkembangan istriku. Semakin sakit nampak dirasakan istriku. Aku hanya mampu memberikan semangat dan batin tak pernah kulepaskan dari bermunazat pada Allah. Aku telah menitipkan semua kegelisahan disetiap doa-doa dengan penuh pengharapan. 

Kesibukan bidan dan dokter mulai nampak, bersyukur lebih dari lima orang bidan membantu persalinan istriku. Jerit dan rintihan semakin keras saja, tersengal nafas istriku sesekali begitu berat. Keringat deras bercucuran membasahi kening. Para bidan memberikan semangat tak pernah henti-hentinya. Kuhadapi semua dengan sedikit tenang dan sesekali menyeka cucuran keringat istriku.

"Abi, ummi  tidak kuat lagi!", terdengar lirih di telingaku. "Ummi pasti kuat, abi temani di sini kok!". kataku memberikan semangat. "Wah, ibu hebat!", ucap beberapa bidan yang membantu persalinan, "Ayo bu sedikit lagi!", ucap bidan. Jujur saja aku tidak sanggup melihat  perasaan sakit istruku. Berkali-kali pula aku hanya mampu berdoa atas keselamatan bagi mereka orang yang ku cintai. Ini adalah kali kedua aku mendampingi istri dalam proses persalinan setelah Amiirah Ashma' Fikriyyah, itu pun sepuluh tahun silam. Anak pertamaku saja Abdul Harits Syahiir Muyassar yang tidak dapat aku dampingi kelahirannya, karena bidan melarang  tidak ingin mengganggu kerjaku ketika itu.

Agak sedikit kaget aku melihat anak ketigaku lahir dengan berat 4 kilogram dan panjang 52 centimeter. "Wah, ada monasnya!", ucap seorang bidan dengan nada senang telah mampu membantu persalinan istriku. "Tadi itu agak sulit keluar karena salah satu punggung bayi tidak dapat keluar sempurna, makanya agak sedikit dibantu!", ujar bidan yang lain. Dokter segera mengurus dan memeriksa si kecil dan seketika itu terdengar tangis yang keras dari anakku.

Bahagia yang tak dapat aku ungkapkan dengan kata-kata, aku hanya mampu mengucakkan rasa syukur kepada Allah Subhanallahu wata'ala. DIA-lah yang telah mengatur segala urusan manusia dan DIA-lah  mampu menyempurnakan apa yang dikehendaki. Kini aku merasa lebih bahagia saat Muhammad Tsaqif Asy-Syuja'i mengisi hari-hari keluarga ku di masa pandemi ini.

Kini tidak terasa usia Tsaqif (nama yang sering dipanggil tetangga) telah memasuki tujuh bulan belum lama ia mengalami demam tinggi. Rasa gelisa menghantui aku dan istri. Keadaan ini terjadi sekitar tiga hari, tidak ingin terjadi sebagaimana abangnya dulu harus rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah maka segera saja kularikan ke sebuah klinik yang biasa kami berobat saat mengalami kondisi kurang sehat. Benar saja Tsaqif mengalami gangguan pencernaan, mungkin karena sesekali ia diberi kerupuk. Syukurlah kini ia telah sehat kembali. Hari-hari menyenangkan tertata kembali.

Terima kasih istriku, terima kasih untuk semua yang telah menguatkan kondisi saat itu. Semoga Allah memberikan yang terbaik untuk kita semua. aamiin 




RELEVANSI In House Training (IHT) KURIKULUM MERDEKA TERHADAP PENGEMBANGAN KETERAMPILAN GURU

Oleh S. Adam Abu Tsaqif Bekasi, 3 Agustus 2023           Cikal bakal Kurikulum Merdeka diawali dengan adanya Kurikulum Darurat sebagai upa...