Sabtu, 29 Agustus 2020

KEANGKUHAN

 TAK BERMAKNA APA-APA!

Oleh Surmanto Adam
Sabtu, 29 Agustus 2020

#AISEI

Berawal dari pembicaraan yang biasa. Di sebuah rak buku dimana  terdapat berbagai jenis buku dan judul buku dapat berbicara. Tiba-tiba sebuah buku berucap bangganya, "Wah, aku kok laku keras ya . Sampai-sampai aku jadi best seller!". Suasana yang pada awalnya mengasikkan dengan riuhnya perbincangan mulai hening. Sontak saja salah satu buku lain menimpali, "Ya, mungkin cover-mu lebih bagus. Atau jenis kertasmu yang lebih bagus!" ucapnya. "Tidak juga, yang jelas ceritaku lebih hebat dari kalian". Si Cerita menimpali.

Perdebatan tak dapat terhindari. Mereka melontarkan argumen seakan tidak mau mengalah. Tiba-tiba  Sang Paragraf marah, "Hei Cerita, kamu itu tidak akan menjadi seperti ini, dan tidak akan diburu orang jika tidak karena aku". 
"Sebab akulah yang sesungguhnya membuat-mu menarik dan hebat, lalu untuk apa sombong!"

"Loh...loh..loh, kamu pikir kamu hai Paragraf yang membuat hebatnya!". saut Kalimat, "Jangan mimpi kamu, justru akulah yang menjadikan kalian hebat dan laku keras!". 
"Jika tidak karena aku tentu kalian tidak ada dan tidak menjadi cerita hebat seperti ini!" lanjut Sang Kalimat.

"Wooow, bagus sekali kalian berdebat memperebutkan kehebatan masing-masing!". Kata seakan tidak mau mengalah.  "Kalian tidak memandang siapa yang lebih berpengaruh dari itu semua!" ujar Sang Kata, "Di balik kehebatan kalian tentu aku yang sebenarnya memiliki peran paling penting!". 
"Coba jika tanpa aku tentu kalian tidak akan ada dan tidak  dianggap hebat!". 

Mendengar ucapan sang Kata tadi Cerita, Paragraf, dan Kalimat diam tak mampu berkata-kata. Sang Kata tersenyum sinis dan dalam hatinya mengatakan "hmmm, rasakan kalian, harusnya aku yang lebih kau bilang hebat, bukan kalian!."

Memang sepertinya perdebatan selesai. Namun tiba-tiba terdengar ucapan lembut dari Sang Hurup. "Mengapa kalian memperdebatkan tentang kehebatan masing-masing?!".
"Bukankah jika tidak ada aku (Hurup) atau sebagian diantara aku hilang lantas kalian menjadi hebat?", ujar Sang Hurup. 
"Aku memang kecil, namun sebagus apa pun kalian jika aku tak ada tentu kalian pun tak  ada, atau jika diantara kami satu atau dua tak ada tentu akan berbeda maknanya!". ucap Sang Hurup dengan tenangnya.

"Janganlah kalian merasa hebat dan sombong sehingga melupakan mereka yang kecil, bukankah kalian menjadi besar disebabkan adanya yang kecil?" Mendengar nasehat Sang Hurup semua tertegun dan malu. Bahkan tak ada yang mampu mengangkat tegak kepala dan membusungkan dada.

Hikmah 

Sering kali kita lupa akan begitu tidak bermakna dan tidak memiliki kekuatan saat kita sadar bahwa sesuatu yang kecil akan mengantarkan kita menjadi besar. Bahkan dari yang biasa menjadi luarbiasa. Kita lupa akan kehebatan yang kita raih karena adanya campur tangan orang lain. Kita tidak dikatakan tinggi jika tidak ada yang lebih rendah. Kita tidak dikatakan luarbiasa jika tidak ada yang biasa-biasa saja. Kita tidak  dikatakan cerdas jika tidak ada yang kurang cerdas. Dan kita tidak dikatakan hebat jika tidak ada yang ringan. Oleh karena itu tetaplah merasa kecil diantara orang-orang kecil, dan tetaplah merasa biasa walau orang lain menganggap kita luarbiasa. 

Dari analogi cerita di atas kita dapat menarik kesimpulan, bahwa dalam bentuk apa pun hendaknya kita sadar bahwa jika kita tidak merasa menjadi bagian dari terbentuknya sebuah struktur atau sebuah susunan yang utuh maka tidak akan menjadi satu kekuatan yang maha dahsyat. Bahkan disaat kita merasa memiliki peran yang lebih penting dari yang lain serta menganggap rendah yang lain maka kehancuranlah di depan mata.


Semoga bermanfaat,
Jika berkenan tinggalkan komentar
 



Rabu, 26 Agustus 2020

HIDUP MISKIN LEBIH BAIK?

 

BAHAGIA TAK HARUS KAYA

Oleh : Surmanto Adam

#AISEI_8

Keliru Memandang Bahagia

Selasa, 25 Agustus 2020

Tidak ada satu manusia pun yang menginginkan hidup susah. Jika kita bertanya pada seorang pemulung, pengemis bahkan pekerja sex komersial tentang “Apakah anda ingin hidup bahagia?” tantu saja mereka menjawab “iya!” hanya saja banyak diantara mereka tidak memahami hakikat hidup bahagia itu seperti apa.

Menjadi orang sukses hidup berkecukupan bahkan bergelimang harta tentu menjadi harapan setiap orang. Bagaimana tidak segala kebutuhan hidup dapat ia penuhi dengan mudahnya. Rumah megah, kendaraan super mewah, travling hingga ke belahan bumi yang disukai bahkan ia masih mampu mendapatkan segala apa saja yang ia inginkan dengan harta yang dimilikinya. Setidaknya demikian gambaran kecil kehidupan sebagian  orang yang dianggap bahagia.

Banyak diantara kita cenderung keliru dalam memahami arti bahagia. Jika hanya sebatas ungkapan di atas tentu kurang tepat sebab sejatinya kebahagiaan itu mencakup dua hal yaitu kebahagiaan dunia dan kebahagiaan akhirat. Seburuk apa pun tabiat seseorang ketika diminta memilih apakah kebahagiaan dunia atau kebahagiaan ahirat tentu akan menginginkan keduanya.

Ada satu kisah yang mungkin akan membuka mata hati kita semua tentang kehidupan manusia pada zaman Nabi Isa AS ketika ia bersama para sahabatnya yangberjulah 12 orang berdawah dari satu tempat ke tempat lain hingga memasuki sebuah desa yang kosong, namun sepanjang jalan yang dilaluinya bergelimpangan jasad para penduduk desa tersebut. Nabi Isa pun berkata “Wahai para hawariku,(pengukut setia) sesungguhnya orang-orang ini meninggal karena kemarahan (Allah). Jika bukan karena itu tentu saja mereka masih sempat menguburkan satu sama lainnya!”  Kaum hawariyyun pun berkata, “Wahai kekasih Allah, kami ingin mengetahui kisah tentang mereka ini!”

Nabi Isa pun berdoa dan atas izin Allah pada malam harinya ia dapat memanggil penduduk desa sehingga salah seorang datang memenuhi panggilan. Dari tempat yang agak tinggi ia dan pengikutnya melihat orang itu mendekat, Nabi Isa berkata, “Bagaimana keadaanmu dan bagaimana kisahmu?” Dan orang itu menjawab,  “Kami bermalam dalam keadaan sehat wal afiat, namun kami bangun pagi dalam neraka hawiyah” “Bagaimana bisa terjadi?” tanya Nabi Isa.  Orang itu pun menjawab, ”Semua itu karena kami sangat mencintai dunia dan kami taat pada orang yang berbuat maksiat!”  Nabi Isa pun bertanya, “Bagaimana kecintaanmu terhadap dunia?” orang itu menjawab, “Kami para penduduk desa mencintai dunia sebagaimana seorang anak kecil mencintai ibunya. Jika dunia datang (harta benda)kami sangat gembira, namun jika itu tidak ada kami sangat sedih dan menagis!”  “Lalu bagaimana dengan teman-temanmu, mengapa mereka tidak datang memenuhi panggilanku?” tanya Nabi Isa kembali, “Mereka dikendalikan dengan api neraka, di tangan para malaikat yang kasar dan keras!” “Tapi bagaimana denganmu, mengapa dapat memenuhi panggilanku?”  Orang itu menjawab, “Aku memang berada di antara mereka, namun aku tidak termasuk di antara mereka (artinya tidak terlalu mencintai dunia dan tidak suka berbuat maksiat) ketika siksaan Allah datang kepada mereka, siksaan itu menimpa aku juga. Karena itu aku hanya tergantung di tepi neraka, tetapi aku tidak tahu apakah aku selamat atau jatuh kedalam neraka? dan Allah mengijinkan  untuk datang ketika engkau memanggil kami!”  Nabi Isa pun mengucapkan terima kasih dan orang itu lenyap dikegelapan malam. Nabi Isa AS bersabda, “Sungguh memakan sepotong roti sya’ir (roti kasar berkualitas rendah)  memakai pakaian sederhana dan tidur  di dekat tempat sampah lebih banyak mambawa keselamatan (kebahagiaan) dunia dan akhirat!”

Dari kisah tersebut tentu kita akan mampu memahami bagaimana kebahagiaan sesungguhnya. Sebab sejatinya kebahagian itu adalah sesuatu yang mampu membawa keselamatan dunia dan akhirat. Harta kekayaan yang kita miliki hendaknya menjadi perantara atau jalan bagi kita untuk selalu dekat kepada Allah bukan sebaliknya harta kekayaan dimiliki akan menyebabkan pemiliknya dihinggapi penyakit al wahn, yaitu penyakit cinta berlebihan terhadap dunia dan takut akan kematian. Jika itu terjadi maka kemiskinan yang didasari kesabaran, ketaatan dan rasa syukur kepada Allah akan lebih baik bagi diri kita.

Allahu’alam,

Semoga bermanfaat dan tetap semangat.

Senin, 17 Agustus 2020

JANGAN REMEHKAN OBSESI

 

BELAJAR DARI EMPAT PEMUDA TANGGUH

Merajut Mimpi Sepenuh Hati 

Oleh : Surmanto Adam

Minggu, 16 Agustus 2020

#AISEI 8

        Ada satu kisah yang menarik tentang empat pemuda yang asyik duduk-duduk di dekat rukun Yamani, mereka berasal dari keluarga yang mulia, Abdullah bin Zubair, Mus’ab bin Zubair,  Urwah bin Zubair  dan Abdul Malik bin Marwan.

        Dari keempat pemuda satu persatu mereka mengungkapkan obsesinya masing-masing. mulai dari Abdullah bin Zubair, “Cita-citaku adalah ingin menguasai seluruh Hijaz dan menjadi khalifahnya.” tegasnya, kemudian disusul saudaranya yang bernama Mus’ab, “Cita-citaku adalah menguasai wilayah Irak dan tak ada yang merongrong kekuasaanku.” adapun Abdul Malik bin Marwan “Jika kalian berdua merasa cukup dengan itu, maka aku tidak akan puas sebelum menguasai seluruh dunia dan menjadi khalifah setelah Mu’awiyah bin Abi Sufyan.

        Namun bagaimana dngan Urwah bin Zubair sementara ia terdiam. Diamnya Urwah bin Zubair membuat mereka semua menghampirinya dan bertanya, “Bagaimana denganmu, apa cita-citamu kelak wahai Urwah?”

         Urwah pun berkata dengan kelembutannya, “Semoga Allah memberkahi cita-cita kalian dalam urusan dunia. Sedangkan  aku ingin menjadi ‘alim (orang berilmu yang mau ber’amal) sehingga orang-orang akan belajar dan mengambil ilmu tentang kitab Rabbnya, Sunnah nabinya dan hokum-hukum agamanya dariku. Lalu aku berhasil  di akhirat dan memasuki Jannah dengan ridho Allah.

            Hari-hari berlalu serasa cepat, dan tidak terasa mereka kini sudah mendapatkan apa yang dicita-citakannya dulu. Abdullah bin Zubair berhasil menguasai Hijaz, Mesir, Yaman, Khurasan dan Irak dan terbunuh di Ka’bah tidak jauh dari tempat mengungkapkan cita-citanya dulu.

        Bagaimana dengan Mus’ab, ia mampu menguasai Irak sepeniggal saudaranya Abdullah dan terbunuh ketika mempertahankan kekuasaannya. Sedangkan Abdul Malik bin Marwan menjadi khalifah setelah ayahnya wafat sehingga mempersatukan suara kaum muslimin dan ia menjadi raja terbesar pada masanya.

           Sosok Urwah bin Zubair akhirnya menjadi ulama yang tsiqah banyak meriwayatkan hadits dan bisa dipercaya. bahkan banyak dari para kalangan sahabat yang bertanya tentang ilmu kepadanya walau ia dari kalangan tabi’in.

            Ada hikmah yang sngat luarbiasa dan dapat kita ambil sebagai bentuk bagaimana  sebuah obsesi atau cita-cita mampu menggerakkan pemiliknya menuju tujuan. Hal ini hanya dapat dilakukan ketika ia fokus dengan mengerahkan segala potensi atau kemampuan untuk meraihnya. Sebab sejatinya sebuah cita-cita tidaklah dapat terwujud dengan hanya mengandalkan angan-angan semata. Sebuah cita-cita hanya akan diraih ketika seseorang mau menempuh jalan yang penuh kepayahan. Sebagaimana Imam Syafi'i mengatakan dengan kalimat yang sangat insfiratif, "Jika kau tak tahan dengan lelahnya belajar maka bersiaplah menahan perihnya kebodohan."

Jadilah manusia hebat dan berbuatlah secara totalitas terhadap apa yang diharapkan, sebab usaha yang biasa-biasa saja tentu akan membuahkan hasil yang biasa pula. Maka untuk itu jangan tanggung-tanggung menentukan cita-cita dan jangan merendahkan diri dalam menentukan target atau tujuan karena Allah menyukai urusan yang tinggi-tinggi,

“Innallaha ta’ala yuhibbu ma’aliyal umuur, wayakroh safu a safaha”

“Sesungguhnya Allah menyukai permasalahan yang tinggi-tinggi dan Allah tidak menyukai hal-hal yang rendah”   (HR. Thabrani)

“Jika engkau memohon Jannah kepada Alah, maka mohonlah Firdaus karena firdaus adalah Jannah yang paling tengah dan paling tinggi, di atasnya adalah Arsy Ar-Rahman. dan darinya pula sungai-sungai Jannah mengalir” (HR. Bukhari)


Janganlah kita menjadi orang-orang yang hanya membesarkan angan-angan karena angan-angan hanyalah mimpi-mimpi para pemalas karena mereka tidak pernah meraihnya dengan segala kemampuan atau potensi itulah yang membedakannya dengan cita-cita.

“Wallahu a’lam.

Semoga bermanfaat

Senin, 10 Agustus 2020

SELAMAT TINGGAL JOMBLO

Menikah Membangun Nilai

Merajut Asa Dibalut Bahagia

Minggu, 9 Agustus 2020
Oleh Surmanto Adam

#AISEI 7


        Iring-iringan rombongan mempelai pria mulai memasuki pintu berpagar gadis-gadis ayu dan deretan pemuda tampan. Sesekali senyum sapa anggota keluarga mempelai wanita seakan menambah kecantikan hiasan bunga warna-warni pada sudut-sudut rumah sang shohibul hajat. Selalu ada ucapan selamat datang yang terlontar indah seindah gaun-gaun yang dikenakannya. 


        Langkah perlahan sang mempelai pria pun mulai diayunkan, dengan diiringi merdunya  lantuman pupuh penyambut kedatangan raja semalam. Seserahan dengan berbagai model dan pernak-pernik mulai dipindahtangankan menandakan rombongan besan telah hadir untuk memenuhi permintaan keluarga perawan. Demikianlah sedikit gambaran latar sebuah pernikahan.

        Menjadi saksi bagi sahabat yang menanggalkan masa lajang tentu menjadi kesan tersendiri bagi setiap orang. Mungkin ada yang mengenang kembali masa saat mengawali pernikahan bahkan tidak sedikit yang membandingkan peristiwa yang terjadi saat ini dengan apa yang dialami ketika orang tersebut merasakan peristiwa di masa lampau. 

       Kita sering mendengar bahkan menyaksikan dihadapan mata warna-warni kehidupan bahtera rumah tangga yang sebelumnya indah dengan gemerlapnya kemewahan dalam sebuah kesakralan pernikahan menjadi hampa saat semua berakhir dalam kancah perselisihan yang tak terselesaikan dengan kejernihan hati antar kedua insan yang berseberangan. Bahkan keduanya tak sedikit melemparkan pendapat saling menyalahkan dan mencari pengakuan untuk sebuah pembenaran.

         Jika melirik sedikit saja akan tujuan pernikahan tentu kita semua sadar akan besarnya nilai-nilai sebuah ikatan perkawinan atau pernikahan baik ditinjau dari sudut pandang agama maupun sosial.
Pertama, nikah adalah sebuah wadah menumpahkan nafsu birahi secara halal sebab dalam sudut pandang agama Allah menciptakan nafsu yang kadang bereaksi positif dan kadang beriaksi negatif. Jika manusia tidak mampu mengendalikan hawa nafsu secara benar maka ia dapat terjerumus dalam jurang kemaksiatan. Maka dengan menikah ia akan mampu menyalurkan naluri normal secara benar sebagaimana sabda Rosulullah "Dan setubuhilah salah seorang diantara kamu (dengan istrinya) adalah sedekah." "Wahai Rasulullah apakah  (jika) salah seorang di antara kami memenuhi syahwatnya, ia mendapat pahala?" Rasulullah menjawab, tahukah engkau jika seseorang memenuhi syahwatnya pada yang haram, dia berdosa, demikian pula jika ia memenuhi syahwatnya itu pada yang halal, ia mendapat pahala."(H.R Muslim)
    
        Kedua, menikah akan membentengi nilai moral manusia. Beredar berita tidak menyedapkan ditelinga kita bahkan jika kita membaca berbagai media online atau cetak selalu saja ada kasus-kasus yang menimpa generasi muda bahkan tidak sedikit mereka yang sudah dianggap orangtua melakukan hugungan intim di luar pernikahan sehingga berujung pada peristiwa aborsi dan bahkan pembunuhan pasangan intimnya akibat tidak mau mempertanggungjawabkan perbuatannya. Islam mengajarkan kita untuk segera menikah jika dipandang tidak mampu membentengi moral sebagaimana disabdakan Rasulullah, "Wahai para pemuda, barang siapa sudah memilii kemampuan untuk menafkahi, maka hendaknya ia menikah, karena menikah dapat meredam keliaran pandangan, pemelihara kemaluan. Barang siapa yang belum mampu, hendaknya ia berpuasa, sebab puasa adalah sebaik-baik benteng diri." (HR. Bukhari-Muslim)

       Ketiga, menikah mampu mendorong terbentuknya rumah tangga islami, setidaknya kalimat "Sakinah mawadah wa rahmah" akan terbentuk ketika jalinan pernikahan telah dilalui, bahkan melalui ikatan pernikahan akan melahirkan generasi-generasi islami karena dibangun melalui biduk rumah yangga yang islami. Layaknya sebuah bahtera (perahu) dalam berlayar selalu ada ombang yang membuat terombang-ambing diterpa gelombang dan badai bahkan jika tidak dibalut dengan nilai-nilai islam tentu retaknya biduk cinta sebuah rumah tangga akan semakin besar dan pecah. Banyak pelajaran yang kita ambil dari generasi sahabat, diantaranya kisah Umar Bin Khatab yang diam saat istrinya ngomel sebab iya sadar kalau istrinya itu selalu menyediakan makan untuknya, memenuhi kebutuhan hajatnya, menyusui anak-anaknya, mencuci pakaiannya, maka saat ia melihat istrinya ngomel ia hanya melihat kebaikan-kebaikan yang ada pada istrinya bukan membesar-besarkan keburukan. 

            Keempat, menikah akan selalu menuntun kedua pasangan saling mengingatkan akan ketaatan. Iman seseorang terkadang naik terkadang surut. Disaat  iman pasngan pernikahan naik maka ia akan menjadi motor untuk memotifasi meningkatnya ketaatan, namun saat surutnya iman pasngannya maka ia akan menjadi penasehat penguat keimanan agar tidak semakin surut dan menyebabkan kekufuran terhadap nikmat Allah.

            Kelima, menikah akan melahirkan generasi yang kuat imannya, kokoh kepribadiannya, tangguh akan kesholihannya. sebab generasi yang lahir dari ikatan pernikahan tentu akan membawa efek positif bagi keimanan dan ketaatan seseorang. Bagaimana mungkin seseorang akan mampu mendidik atau mengajarkan ketaatan, atau mencontohkan keshalihan kepada Allah jika ia sendiri tidak mampu memberikan suritauladan bagi generasinya sendiri.

            Oleh sebab itu jika setiap insan menyadari akan nilai-nilai positif yang dibangun dari sebuah ikatan pernikahan maka ia akan berusaha sekuat jiwa dan raganya untuk tetap bertahan dalam bahtera kehidupan yang dihadapinya, bahkan ia akan saling menguatkan satu sama lain untuk melawan semua ujian kehidupan.

Semoga bermanfaat,

            


Selasa, 04 Agustus 2020

Amiirahku Sayang

TELUR CEPLOK UNTUK AMIIRAH

Perut aku laper Abi,

Oleh Surmanto Adam
Senin, 3 Agustus 2020

Aku mau abi yang buat saja!

Sebenarnya sudah tersedia sambal goreng kentang dicampur hati sapi dan telur puyuh. Setahuku itu kesukaan  kakak (Amiirah) anak tengah dan perempuan satu-satunya yang aku miliki. Entah ada angin apa ia mulai datang manjanya. 

Makan dengan sambal goreng kentang dan sayur bayam bening  sudah dinambah nuget menurutku itu sudah cukup. Namun tidak biasanya ia tidak mau makan.

Selepas Isya Amiirah sudah mengeluh soal perutnya yang lapar. "Aku lapar abi!" saat aku baru saja kembali dari masjid.
"Kenapa kakak tidak makan dengan lauk atau sayur bayam saja?." 
Aku mencari tahu alasan mengapa kakak tidak mau makan dengan apa yang tersedia. "Kakak makan ya?" kataku. "Gak ah bi, aku takut sakit perut, apalagi malam begini nanti malah seperti kemarin!".
"Aku mau telur ceplok saja tapi abi yang buat!".  Hmmm, anakku minta perhatian lebih  aku mulai sadar.  Tidak mengapa memang sudah sewajarnya aku memberikan perhatian padanya.

Memberikan perhatian pada anak bukanlah sesuatu yang sulit. Meski terkadang rasa lelah hadir. Sesibuk apa pun kita diluaran sana entah dengan pekerjaan atau apa saja perhatan pada si buah hati tidak boleh berkurang. 

Amiirah adalah anak yang memiliki kesamaan dengan anak-anak lainnya. Ia  ingin diperhatikan secara khusus. Terlebih setelah ia memiliki adik yang terlahir pada tanggal 16 Maret 2020 tepat pemerintah mulai memberlakukan PSBB (Pembatasan Sosial Bersekala Besar) karena pandemi covid-19. Jadi sangat wajar jika keinginan mendapat perhatian dari kedua orangtuanya sangatlah besar terlebih pada abinya.

Hari ini menu makan malam Amiirah cukup dengan telur ceplok atau dengan kata lain telur mata sapi buatan abi. Itu saja sudah membuat ia senang bahkan makan malamnya nampak lahap sekali. Dari sedikit memberikan perhatian berupa menyiapkan telur ceplok untuk Amiirah sudah mampu memberi arti cinta dan kasih sayang bagi anakku yang cantik ini.

Bagiku memberikan kasih sayang yang cukup untuk semua anggota keluarga adalah hal yang sangat utama.
Bagi mereka menghadirkan harmonisasi dalam berinteraksi sudah cukup. Tanpa banyak menuntut dari apa yang memang sulit untuk diwujudkan pada masa sekarang ini.

Pandemi covid-19 membuat kami semakin sadar betapa berharganya dekat dan berkumpul dalam sebuah keluarga. Ada diantara istri dan ketiga anakku menjadi kebahagiaan tersendiri dan tak dapat tergantikan dengan apa pun.


Minggu, 02 Agustus 2020

Pak Dedi Dwitagama sang Inspirator

NGEBLOG AJA DULU

Minggu, 2 Agustus 2020

Oleh Surmanto Adam
#AISEI7


 Apa itu ngeblog, Bagaimana rasanya ngeblog dan  Untuk apa ngeblog

    Setidaknya masih banyak pertanyaan yang perlu aku jawab dan entah bagaimana aku mampu menjawab bahkan mengurai satu persatu pertanyaanku sendiri. Ya, semua bermula dari rasa penasaranku terhadap literasi yang ku kenal sepintas dari teman-teman yang sudah sejak lama rajin menulis bahkan suka dengan ngeblog mungkin dibilang blogger.

        Keisenganku mulai berlanjut dari coba-coba utak atik handphon dari sekedar cari berita terkini hingga jariku menyasar pada beberapa blog. "Kok sepertinya asyik ya, ilmiah dan terkadang informatif juga." Rasa penasaran mengantarkan aku pada media sosial yang berkecimpung didunia tulis-menulis, yah Om Jay beliau sudah ku kenal dibeberapa grup menulis, jelas Om Jay tidak mengenal aku sebab aku hanya penikmat saja dari karya-karyanya.

        Hmmm, satu hal yang membuat aku semakin kagum ternyata beliau adalah salah satu generasi binaan Pak Dedi Dwitagama. Didikannya saja yang bermula hanya sebagai tukang bidik dengan kameranya itu mampu menjadi bloger sejati bagaimana dengan Pak Dedi, tentu akan lebih menarik jika kita menyimak sedikit kisah perjalanan beliau yang berlatar belakang guru matematika pada SMKN 50 Jakarta kini telah banyak menghasilkan karya-karya brilian se-brilian pemikirannya.

        Tidaklah berlebihan jika aku memberikan apresiasi lebih terhadap sosok Pak Dedi Dwitagama sebab baru pertama mengikuti (aku lebih cocok kuliah online) dengan beliau sudah banyak memberikan inspirasi bagi semua peserta yang ikut pada hari Minggu, 2 Agustus 2010 pukul 04.00 sore atau16.00 WIB tentang banyak hal terutama bagaimana kita mau menulis apasaja yang mau kita tulis pada sebuah media atau boleh lah dibilang ngeblog saja dulu yang penting ada kemauan.

        Banyak ide-ide cemerlang yang beliau ajarkan, sepertinya kalau boleh aku katakan  lebih tepat beliau itu seorang dermawan ilmu, bagaimana tidak, banyak hal yang dapat beliau berikan dalam menggali potensi dan ide-ide yang dapat dijadikan bahan untuk menulis pada sebuah blog baik tentang diri sendiri, keluarga, anak didik atau apa saja. Sepertinya ketertarikanku pada dunia menulis semakin kuat terlebih mentor hari ini Pak Dedi Dwitagama menjawab pertanyaanku secara gamlang dan bahkan dia adalah sosok yang menghargai setiap penanya pemula juga sangat mengamati siapa yang bertanya.

        Semoga awal pertemuanku dengan orang-orang hebat lainnya seperti Ibu Capri Anjaya, Ibu Dea Sitorus, Omjay dan lain-lainnya ngeblokku ini menjadi lebih bersemangat. Ngeblog bukanlah sekedar mencurahkan perasaan hati namun lebih dari itu ia akan menjadi sebuah karya yang terus terjaga keasliannya dan menjadi inspirasi untuk kita saling berbagi. Terimakasih sahabatku semua.

RELEVANSI In House Training (IHT) KURIKULUM MERDEKA TERHADAP PENGEMBANGAN KETERAMPILAN GURU

Oleh S. Adam Abu Tsaqif Bekasi, 3 Agustus 2023           Cikal bakal Kurikulum Merdeka diawali dengan adanya Kurikulum Darurat sebagai upa...