Ilustrasi sawah kampung Teluk Angsa |
Oleh Surmanto Adam
Langit cerah berawan, angin dingin sesekali berhembus
perlahan, ranting-ranting genit seakan melambai bak tarian melayu nan elok
penuh gemulai. Kampung Teluk Angsa (n) seakan hanyut terbuai alunan musik alam dari
gesekan rerimbunan rumpun-rumpun bambu dan ilalang. Sawah dan ladang terhampar luas membentang,
ya, yang aku tahu kampungku memang sungguh rupawan.
Masih terlintas jelas
dalam setiap lamunanku, anak-anak riang bermain setiap matahari mulai terbenam. Biasanya saat masuk masa panen raya anak-anak sibuk membantu orangtua
mereka. Ada yang membawa sabit atau parang, membawa ani-ani, dan membawa bakul
besar serta beberapa karung untuk membawa hasil panen.
Kampung di seberang
sawah adalah Kampung Teluk Angsa Rawa lebih dikenal Kampung Rawa. Sedang di sebelah
selatan berbatasan dengan Kampung Rawa ada sebuah kampung yang memanjang hingga
sampai batas rel kereta, Kampung Mede namanya. Entah legenda apa yang menamai kampung
masing-masing, namun kalau Kampung Mede yang aku tahu memang terdapat kebun
buah mede yang sangat luas dan berbatasn dengan pemakanan kampung.
Aku sangat mengenal dan
hapal betul nama-nama anak dari tiga kampong tersebut, bahkan aku begitu akrab
dengan mereka dan sering bermain bersama terlebih musim kemarau tiba, anak
laki-laki biasa bermain bola bersama di sebuah lapangan desa.
Tak pernah ada
perselisihan antar anak kampung dalam kehidupan sehari-hari, sebab memang di
desaku ini yang bernama desa Bekasi Jaya rata-rata memiliki sanak family yang
tinggal di tiga kampung. Terlebih sekolahku itu satu-satunya sekolah yang
muridnya dari ketiga kampung tersebut, SD Negeri
Bekasi Jaya namanya.
Ilustrasi anak bermain bola |
Saat kemarau selepas asar disetiap Sabtu dan Minggu tempat favorit yang menjadi pertemuan anak-anak dari ketiga kampung adalah lapangan desa. Disana bermain bola paling disukai, anak perempuan biasa bermain di pinggiran sambil memetik bunga liar untuk dirangkai menjadi mahkota. Anak-anak yang lebih kecil senang menangkap belalang, capung, dan kepik. Sesekali jika melihat burung hinggap di dahan yang rendah, mereka kejar walau tidak didapat.
Ilustrasi anak mandi di empang |
Gelak tawa sesekali
mewarnai suasana. Kalau ada teman yang tersungkur dan wajahnya penuh lumpur
sudah pasti jadi bahan tertawaan. Belum lagi jika tersungkur persis di dekat
tumpukan kotoran kerbau, hmmm akan menjadi tawa yang sangat menggelikan. Bagi
anak-anak kampung tak pernah terpikir mainan yang mahal asal mengasyikan sudah
cukup untuk melepas kejenuhan.
Ilustrasi anak bermain dipinggir sawah |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar