Jumat, 03 Desember 2021

KAMPUNG TELUK ANGSA (N)


Ilustrasi sawah kampung Teluk Angsa
Bekasi,  2 November 2021

Oleh Surmanto Adam

Langit  cerah berawan, angin dingin sesekali berhembus perlahan, ranting-ranting genit seakan melambai bak tarian melayu nan elok penuh gemulai. Kampung Teluk Angsa (n) seakan hanyut terbuai alunan musik alam dari gesekan rerimbunan rumpun-rumpun bambu dan ilalang.  Sawah dan ladang terhampar luas membentang, ya, yang aku tahu kampungku memang sungguh rupawan.

Masih terlintas jelas dalam setiap lamunanku, anak-anak riang bermain setiap matahari mulai terbenam. Biasanya saat masuk masa panen raya anak-anak sibuk membantu orangtua mereka. Ada yang membawa sabit atau parang, membawa ani-ani, dan membawa bakul besar serta beberapa karung untuk membawa hasil panen.

Kampung di seberang sawah adalah Kampung Teluk Angsa Rawa lebih dikenal Kampung Rawa. Sedang di sebelah selatan berbatasan dengan Kampung Rawa ada sebuah kampung yang memanjang hingga sampai batas rel kereta, Kampung Mede namanya. Entah legenda apa yang menamai kampung masing-masing, namun kalau Kampung Mede yang aku tahu memang terdapat kebun buah mede yang sangat luas dan berbatasn dengan pemakanan kampung.

Aku sangat mengenal dan hapal betul nama-nama anak dari tiga kampong tersebut, bahkan aku begitu akrab dengan mereka dan sering bermain bersama terlebih musim kemarau tiba, anak laki-laki biasa bermain bola bersama di sebuah lapangan desa.

Tak pernah ada perselisihan antar anak kampung dalam kehidupan sehari-hari, sebab memang di desaku ini yang bernama desa Bekasi Jaya rata-rata memiliki sanak family yang tinggal di tiga kampung. Terlebih sekolahku itu satu-satunya sekolah yang muridnya dari ketiga kampung tersebut, SD Negeri Bekasi Jaya namanya.

Ilustrasi anak bermain bola

Saat kemarau selepas asar disetiap Sabtu dan Minggu tempat favorit yang menjadi pertemuan anak-anak dari ketiga kampung adalah lapangan desa. Disana bermain bola paling disukai, anak perempuan biasa bermain di pinggiran sambil memetik bunga liar untuk dirangkai menjadi mahkota. Anak-anak yang lebih kecil senang menangkap belalang, capung, dan kepik. Sesekali jika melihat burung hinggap di dahan yang rendah, mereka kejar walau tidak didapat.

Ilustrasi anak mandi di empang

Bermain bola bagi anak-anak kampung tidak mengenal musim, saat musim hujan pun lebih asyik. Dengan telanjang dada terus saja bermain hingga tubuh bahkan wajah pun penuh lumpur dengan bau yang khas. Asyiknya lagi selepas main tambak ikan milik desa menjadi kolam renang gratisan. Setiba di rumah sudah pasti muka masam dan sedikit oceh ayah bunda jadi buah manis yang harus dirasakan. Ya, besok-besok juga diulangi lagi, tidak ada rasa kapok atau bersalah bagi anak-anak kampung hal itu menjadi lumrah.

Gelak tawa sesekali mewarnai suasana. Kalau ada teman yang tersungkur dan wajahnya penuh lumpur sudah pasti jadi bahan tertawaan. Belum lagi jika tersungkur persis di dekat tumpukan kotoran kerbau, hmmm akan menjadi tawa yang sangat menggelikan. Bagi anak-anak kampung tak pernah terpikir mainan yang mahal asal mengasyikan sudah cukup untuk melepas kejenuhan.

Ilustrasi anak bermain dipinggir sawah


 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RELEVANSI In House Training (IHT) KURIKULUM MERDEKA TERHADAP PENGEMBANGAN KETERAMPILAN GURU

Oleh S. Adam Abu Tsaqif Bekasi, 3 Agustus 2023           Cikal bakal Kurikulum Merdeka diawali dengan adanya Kurikulum Darurat sebagai upa...