Senin, 28 September 2020

Rainbow Kue Ulang Tahun Kakak


Sebelas Tahun si Kakak

Oleh : Surmanto Adam

#AISEI
Minggu, 27 September 2020

Sabtu, 26 September 2020 bagi sebagian orang mungkin dianggap hari dan tanggal yang biasa. Tidak bagi Amiirah yang saat ini telah menjadi seorang kakak tanggal tersebut merupakani waktu yang dinantikan sejak lama. Bagaimana tidak, karena 26 September adalah tanggal kelahirannya.

Sejak beberapa bulan lalu Si Kakak selalu menanyakan tentang tanggal kelahirannya yang masih lama. Terlebih setelah memasuki bulan September 2020 Intensitas bertanya pun semakin sering. Sesekali ia mengajukan pertanyaan selalu diawali dengan kata-kata "Abi aku boleh tanya tidak?, tapi abi jangan marah ya?". Dengan pertanyaan-pertanyaan seperti itu dan selalu diiringi kata "tapi abi jangan marah ya?" tentu mengundang rasa ingin tahu dibalik pertanyaan Si Kakak.

Rasa ingin tahu itu pun kutanyakan langsung pada si Kakak. "Kakak mau tanya soal apa sih?, kok abi jadi penasaran". 
"Ga ah bi, aku takut abi marah!", jawabnya singkat. Rasa penasaran semakin bertambah untuk itu aku coba menghampiri lebih dekat. "Memangnya abi pernah marah kak?", kataku. Dengan senyumnya yang manis ia menjawab, "ngga siih, cuma kayanya kalau yang ini Amiirah takut abi marah!".
"Sudah kakak bilang saja, agar abi tahu, kalau kakak tidak bilang bagaimana abi paham!".
"Tapi abi janji jangan marah ya?". pinta si Kakak
"Oke siap, ayo bilang!". jawabku singkat.
"Janji ya jangan marah!" kembali Amiirah menegaskan.
"Iya, abi janji nih tidak marah!". kataku lebih meyakinkannya.  
Tidak lama ia membisikan aku "boleh tidak aku minta kue ulang tahun rainbow?". Rupanya si Kakak minta tanggal kelahirannya dibelikan kue ulang tahun.

Sejujurnya memang aku mengingikan anak-anakku tidak menjadikan tanggal kelahiran sesuatu yang wajib dirayakan. Melihat permintaan Amiirah yang begitu besar untuk mendapat persetujuan abinya tentu akan sangat berpengaruh pada psikologi perkembangan dirinya. Sudah menjadi konsep pendidikan yang aku tanamkan pada  anakku untuk tidak langsung menyetujui apa yang diinginkan. Selalu ada kata "Insya Allah jika kelak abi ada uang atau rizki!". Untuk memberi rasa dihargai dari apa yang telah diungkapkan aku selalu mengatakan "doakan semoga Allah memberi abi rizki!". 

Bentuk pendekatan pendidikan keluarga seperti ini memang telah diajarkan orang tuaku dulu. Dengan cara seperti ini kita telah menanamkan akidah bahwa rizki datang dari Allah Sang pemilik alam raya. Disamping itu aku memberi peluang anak-anakku untuk berpikir bahwa apa yang diingikan perlu proses yang panjang. Bahkan untuk mendapatkan apa yang diinginkan dibutuhkan kerja keras.

Sudah sejak awal bulan September sebenarnya aku mengetahui keinginan Amiirah untuk mengajak teman sepermainan kerumah. Umminya telah menyampaikan hal ini kepadaku namun dihadapan Si Kakak aku seakan tidak mengetahuinya. Aku lebih menyukai anakku mengutarakannya sendiri setiap apa yang diingikan atau yang dirasakan. Dengan menyampaikan apa yang dirasakannya sendiri tentu membuka peluang terbentuknya sikap berani dan penuh percaya diri. Hingga kini anak-anakku lebih suka mengutarakan apa yang dirasakan secara langsung.

Bayangkan jika aku selalu menyetujui apa yang menjadi keinginan anak-anakku tentu akan berbahaya bagi perkembangan psikologinya. Anakku tentu akan menjadi lebih buruk, merasa mudah dan tidak mengerti arti keberhasilan, tidak memiliki rasa percaya diri, bahkan cenderung selalu menuntut. Untuk menghindari dampak buruk tersebut terkadang aku menawarkan challenge (tantangan).

Tidak ingin memunculkan rasa kecewa tentu aku berusaha semaksimal mungkin untuk mewujukkan keinginannya. Aku tidak ingin mendapat identitas pembohong dari anak-anakku sendiri. Amiirah sudah mengajak teman-temannya untuk datang pada tanggal 26 September 2020. Aku tidak ingin mengecewakan dan bahkan melukai perasaannya. Tidak dapat aku membayangnyakan jika aku tidak mewujudkan keinginannya itu. Memahamkan anak terhadap nilai-nilai agama dan sosial tentu perlu proses. Sebagai orang tua kita tidak akan memaksakan sekehendaknya. 

Diskusi pun terjadi antara aku dengan istri. Keputusannya keinginan si Kakak dipenuhi dan tentu dengan pernak-pernik sederhana saja. Tepatnya tanggal 26 September 2020 istriku dibantu ibu mertua menyiapkan segala kebutuhan berikut bingkisan yang akan dibagikan kepada teman-temannya kakak. 

Wajah ceria si Kakak nampak berseri. Kebahagian dari terwujudnya keinginan menjadi salah satu penyebabnya. Teman sepermainan mulai berdatangan. Pukul 16.30 ummi membuka acara ulang tahun. Kue ulang tahun rainbow pun telah dipotong menjadi beberapa bagian. Anak-anak sangat senang mengikuti menikmati potongan kue rainbow tersebut. Selesai acara mereka dibekali bingkisan kecil yang disiapkan si Kakak.

Bahagia rasanya dapat memenuhi keinginan si Kakak. Semua orang tua tentu merasa bangga jika keinginan anaknya terpenuhi. Bukan nilai suatu barang yang menyebabkan hadirnya rasa bahagia anak. Sikap kepedulian atau kepekaan terhadap perasaan anak menjadi unsur terpenting membangun nilai-nilai universal dalam kehidupan.

Selamat ya Kak, Insyaallah Kakak akan menjadi anak yang sholihah. 
Tidak terasa si Kakak kini sudah berumur belas tahun.




 



8 komentar:

RELEVANSI In House Training (IHT) KURIKULUM MERDEKA TERHADAP PENGEMBANGAN KETERAMPILAN GURU

Oleh S. Adam Abu Tsaqif Bekasi, 3 Agustus 2023           Cikal bakal Kurikulum Merdeka diawali dengan adanya Kurikulum Darurat sebagai upa...