Rabu, 28 Oktober 2020

TEH TUBRUK HANGAT BUATAN ISTRI






Oleh Surmanto Adam
Rabu, 28 Oktober 2020

Dua Hari yang Melelahkan

Sudah dua hari ini aktifitas begitu padat, persiapan pengurusan kenaikan pangkat dalam waktu dua hari. Banyak berkas yang belum terkumpul, bahkan sebagian sampai lupa menyimpan pada file mana. Untung di era 4.0 ini dokumen dapat tersimpan pada google drive. Paling tidak ketika dokumen yang dibutuhkan lupa letak penyimpanannya maka drive sebagai solusi untuk mengambil dokumen yang dibutuhkan.

Dengan waktu yang cukup singkat membuat gelagapan juga. Ini memang kesalahan yang tidak boleh terulang seharusnya dua tahun lalu sudah diurus kenaikan pangkatnya. Bahkan untuk usul naik pangkat saja kalau tidak diingatkan teman sejawat mungkin tidak mengajukanlagi. 

Jarak Tambun Selatan sampai Komplek Pemerintahan Kabupaten Bekasi lumayan jauh sekitar 26,6 kilometer jika melalui Jl. Inspeksi Kalimalang dan 25,5 kilometer jika ditempuh melalui jalur tol Jakarta-Cikampek. Bersyukur untuk mengantarkan berkas ada empat orang teman yang secara kebetulan sama-sama mengajukannya Ibu Ai Wiati, Ibu Prasetyaningsih, Ibu Herni dan Ibu Nunung. Paling tidak bisa ikut tumpangan dan tidak harus panas-panasan atau hujan-hujanan sampai ke sana. Bersyukur ayahnya Dika (suami ibu Ai Wiati) bersedia mengantar saja, sebab beliau belum sempat istirahat sepulang kerja pagi ini.

Sampainya lokasi waktu sudah menunjukan Jam pulang PNS, nampak sebagian pegawai sudah mininggalkan ruang kerja masing-masing. Langkah kaki pun dipercepat, satu demi satu anak tangga menuju lantai dua dilalui. Ibu Ai Wiati salah seorang sahabat saya usia kandungannya sudah memasuki bulan ke enam, namun semangatnya sangat kuat dan itu aku mengenalnya sejak mutasi ke sekolah rintisan kurikulum 2013 enam tahun yang lalu.

Disebuah ruang kerja tampak Pak Haris sudah menunggu, "Wah, kita menunggu ibu dan bapak saja nih!" guyonnya. "Iya pak, mohon maaf kami menungu legalisir dari pimpinan yang kebetulan rapat bersama pengawas!" Proses pengajuan tidak terlalu lama,  semua berjalan lancar dan kami kembali pulang.

Di depan gerbang pintu masuk telah terparkir sebuah minibus Trus. Rupanya Pak Ridwan dengan gayanya yang sederhana sudah menunggu kami pulang. Beliau suami dari Ibu Prasetyaningsih, saat ini bertugas sebagai kepala sekolah  dasar di daerah Bekasi Timur tepatnya di daerah Aren Jaya. Beliau sengaja menunggu sejak sebelum kami berangkat, karena memang berangkat dari tempatnya bertugas dan tanpa konfirmasi pada Bunda Pras beliau sudah berangkat lebih awal.

Perjalanan pulang memang melelahkan, selain langit yang masih gelap karena hujan deras dan keluar tol Cibitung kendaraan mulai padat merayap. Sekedar membunuh rasa jenuh kami  berbincang hal-hal ringan sampai akhirnya tiba di rumah tempat kami menitipkan motor. Tanpa berlama-lama kami kembali ke rumah masing-masing.

Secangkir Teh Tubruk Hangat

Ku parkir si Black (motor supra tua) di teras depan, badan terasa letih dan pakaian sedikit basah. Sejak perjalanan pulang tadi dari rumah teman memang masih dalam keadaan sedikit hujan. "Assalamu'alaikum" ucakku sambil membuka jaket dan sepatu agak basah. "Wa'alaikumussalam" istri cantikku dari balik pintu. Kulihat ia memangku Tsaqif si bungsu yang sejak tadi katanya tidak mau tidur. "Tsaqiiiif!" panggilku memanjakan, "Kenapa ga tidur Nak?" sambil memegang jari mungilnya. "Ga tau nih Bi, mau nunggu abi katanya!" celoteh istriku menimpali.
"Sebentar ya Nak, abi mandi dulu lalu sholat maghrib!" sambil bergegas ke kamar mandi.

Selepas maghrib ku hampiri Tsaqif, nampaknya memang ada perasaan rindu pada abinya. Wajar saja sebab seharian tidak diajak main, dan biasanya Tsaqif ku gendong dan keliling komlpek. "Tehnya diminum dulu bi!" ujar istriku. "Oh iya lupa, terima kasih Cinta!" sahutku. 

"Mmmm, nikmatnya teh tubruk buatan istriku ini" seketika rasa lelah sedikit hilang. Kehadiran si Bungsu Tsaqif yang lucu, senyuman seorang istri dan hangatnya teh tubruk mampu melepaskan simpul-simpul kelelahan seharian ini. Bermain bersama Tsaqif sambil berbincang ringan dengan istri tidak terasa sampai masuk waktu isya. Bersegera saja aku tinggalkan mereka menuju masjid. 

Waktu sudah pukul 09.00 WIB. Rasa kantuk sudah mulai mengusik, rasanya tak sanggup lama aku duduk dihadapan televisi sekedar menyaksikan berita hangat hari ini. Kantuk pun semakin tak tertahan lagi, segera aku beranjak pergi menutup hari. Semoga Allah membangunkan aku kembali dengan semangat pagi.

Mohon maaf jika ada hal yang kurang berkenan, sengaja saya tuliskan di blog ini untuk mengingat perjalanan sejarah pribadi kelak.



 



5 komentar:

RELEVANSI In House Training (IHT) KURIKULUM MERDEKA TERHADAP PENGEMBANGAN KETERAMPILAN GURU

Oleh S. Adam Abu Tsaqif Bekasi, 3 Agustus 2023           Cikal bakal Kurikulum Merdeka diawali dengan adanya Kurikulum Darurat sebagai upa...