Kamis, 08 Oktober 2020

BELAJAR DARI YANG PERNAH DIAJAR

Cak Inin Sosok Guru Pembelajar

Oleh : Surmanto Adam



Umur tak lagi muda, mungkinkah menjadi lebih baik sebuah keniscayaan?. Masih menjadi penyakit sebagian orang yang enggan belajar dengan berbagai alasan. Ketika ada orang yang mengajak kita untuk melakukan sebuah perubahan mungkin saja akan terlontar kata-kata yang menunjukkan kurang optimisnya kita. seperti "Ah saya sih tidak bisa", "Saya sudah tua, jadi otak saya tidak mampu", "Ah repot, anda tahu bagaimana kondisi saya ini". Bahkan mungkin masih banyak alasan yang terucap. Pada hal sesungguhnya 99% kegagalan seseorang karena banyaknya alasan. 

Jika mindset atau pola pikir yang setiap kali muncul seperti itu maka menjadi lebih baik merupakan sebuah keniscayaan. Namun hal itu tidak berlaku bagi sosok yang satu ini. Namanya Mukminin, S.Pd. M.Pd. Seorang pria kelahiran Jombang, 6 Juli 1965  merupakan PNS yang mengajar pada SMP Negeri 1 Kedungpring Lamongan sejak tahun 1989 sampai sekarang.

Melalui pesan WhatsApp pada sebuah grup Belajar Menulis asuhan Om Jay yang dipandu Ibu Kanjeng beliau menyapa dengan penuh kesahajaan. "Tiada kata terlambat untuk menjadi seorang penulis", ucapnya. Sebaik-baik manusia adalah yang mau berubah kearah kebaikan, sebab Allah tidak akan merubah nasib sesuatu kaum, kalau kaum itu tidak mau merubahnya. Demikian beliau membuka pertemuan dengan peserta bimbingan menulis dari berbagai daerah.

Sejak lama beliau memang memiliki hobi membaca dan menulis, bahkan sejak duduk di bangku SMP beliau senang menulis buku harian. Pada usia 54 tahun keinginan untuk menjadi penulis semakin kuat, namun saat itu beliau belum mengerti cara untuk menyalurkan hobinya menjadi sebuah karya-karya yang bermanfaat bagi dirinya dan orang lain.

Dengan semangat manjadda wajadda keinginannya itu semakin kuat. Tepatnya setelah ia berkunjung ke kediaman Ibu Emi Sudarwati yang merupakan muridnya sendiri ketika SMP dan telah memiliki 300 lebih buku hasil karyanya. "Pak Min, segera menulis buku karena jenengan guru bahasa Indonesia saya di SMP pasti bisa". ucap Bu Emi, "Apa lagi bapak sering antar orang umrah ke Mekah, bisa ditulis Pak!". "Iya Mbak, insyaallah saya kepingin sekali, lalu bagaimana caranya?". sahut Cak Inin (pangilan akrab). "Ikut workshop di PBG Bojonegoro sesi 2 saya daftarkan ya?".   

Pertemuannya dengan Bu Emi mengantarkannya mengikuti kegiatan workshop yang dilaksanakan pada tanggal 29 Februari 2020 dan diikuti oleh 81 peserta dari Bojonegoro, Tuban dan Lamongan. Dengan narasumber yang berpengalaman seperti Ajun Pujang Anom, Slamet Widodo dan muridnya sendiri Ibu Emi Sudarwati (Gupres pemenang Inobel 2016) langsung praktik menulis.

Kebanggaan dan rasa bahagia menghiasi kehidupannya karena dapat belajar dari seorang murid yang dulu dibimbingnya. Sikap ini memberi pelajaran bagi kita betapa besar jiwa seorang Cak Inin. Ia tidak merasa rendah dan direndahkan karena harus belajar dari seorang murid sekali pun. "Jangan lihat siapa yang bicara tapi dengarkan apa yang dibicarakan!" ucapnya.

Mulai mengikuti kegiatan menulis mengantarkannya pada menciptakan karya bersama. 8 Maret 2020 beliau mengikuti kegiatan serupa (workshop) di TBK Kinanthi di rumah kediaman Ibu Emi Sudarwati. Dengan pembimbing yang sama ia pun mampu menghasilkan karya sendiri 55 Pantun Nasihat yang diterbitkan Kelompok Majas Bojonegoro.

Kehausannya terhadap dunia tulis menulis menuntunnya untuk mengikuti kuliah online dengan Om Jay melalui WhatsApp Grup PGRI gelombang 8. Kisahnya pun ditulis dalam buku SEMANGAT MENULIS BERSAMA BU KANJENG (antologi) bersama gelombang 12 dengan judul Virus Semangat Menulis Merasuk Jiwamu. 

Dengan kegiatan yang diikutinya mengenalkan Cak Inin pada Om Dedi Dwitagama dengan materi Belajar Ngeblog dan Youtuber. Dengan kalimat "Kita pernah hidup dan meningalkan jejak kebaikan. Karena kebaikan berbalas kebaikan" membuatnya semakin bersemangat untuk menulis. Dan yang tidak kalah penting bagi Cak Inin motivasi Om Jay "Menulislah setiap hari dengan hati, buktikan apa yang terjadi!".

Pada akhirnya kegiatan menulis mengalir beitu saja hingga beliau mengenal Ibu Sri Sugiastuti ( Bu Kanjeng ) yang mengajaknya menerbitkan buku bersama antologi Puisi dalam Pandemi Covid-19 denganharapan kehidupan New Normal.

Kini Pak Mukminin atau Cak Inin telah memiliki banyak pengalaman dibidang yang ia cita-citakan sejak dulu. Ia telah banyak mengenal dan bersahabat dengan para penulis hebat yang selalu mau bertukar pikiran dalam dunia tulis menulis. Saat ini sudah tujuh buah buku karyanya  telah terbit. Bahkan kini ia belajar menjadi penerbit dengan dukungan ibu Rasita dari Bengkulu yang memesan bukunya yang berjudul Jurus Jitu Menjadi Penulis Handal Bersama Pakar. Sampai tulisan ini saya buat Cak Inin dibanjiri pesanan buku karya-karyanya yang sangat inspiratif.

Salam Literasi,



10 komentar:

  1. Ship....begitu lengkap resume nya. Sukses n salam literasi

    BalasHapus
  2. Joz luar biasa Tesumenya. Ini tanda 2 penulis hebat sdh kelihatan. Lanjut memulis 3, baca 3 smg sukses sll

    BalasHapus
  3. Masya Allah...Tabarokalllaah...luar biasa...ijin ditiru....hehe...

    BalasHapus
  4. Super sekali resumenya, pengen bisa meresum sebagus ini

    BalasHapus

RELEVANSI In House Training (IHT) KURIKULUM MERDEKA TERHADAP PENGEMBANGAN KETERAMPILAN GURU

Oleh S. Adam Abu Tsaqif Bekasi, 3 Agustus 2023           Cikal bakal Kurikulum Merdeka diawali dengan adanya Kurikulum Darurat sebagai upa...